[Kisah Keluarga Islam] HATINYA LEBIH LUAS DARI RUMAHNYA |
Endang juga tidak pernah membedakan perlakuan antara anak
kandung dengan anak asuh. Semua diperlakukan sama. Dalam hal waktu misalnya,
tidak ada jatah khusus untuk anak kandung. “Dalam sehari waktu kita hanya 24 jam.
Kalau harus ada waktu khusus, malah repot,” katanya. Apalagi, dia berkerja
sebagai guru di SMA Negeri 4 Bandung.
Demikian juga dalam hal pakaian. Perempuan berkelahiran
Madium, Jawa Timur ini tidak membeda-bedakan. Jika satu dibelikan pakaian baru,
maka semuanya juga dibelikan. Syukurlah, anak-anak Endang tidak ada yang
complain. Anehnya, yang protes justru teman ending. Ia dianggap telah membagi
perhatian. Padahal, kata temannya anak sendirinya butuh perhatian. Endang hanya
menanggapi dengan senyum.
Protes dari temannya itu kebalikan dari keadaan sebenarnya.
“Anak saya justru senang dengan
kehadiran mereka. Katanya lucu, “tutur Endang. “Sepertinya di hati ayah dan
ummi itu ada kamar-kamar yang banyak. Setiap anak mendapat kamar masing-masing.
Begitu ada adik baru datang, langsung menempati kamar baru”. Kata syida
(19) anak kandung Endang nomor 3. Endang
adalah perempuan yang punya rasa empati besar.
Jauh sebelum mengasuh anak-anak telantar, ia sudah bisa
mengasuh anak dari keluarganya terdekat. Misalnya, keponakan dan anak
pembantunya. Suatu kali (2001) ia mengantarkan salsabila (anak ke-4) ketukang
pijat. Di tempat ini, tiba-tiba ia diserahi bayi. Tak jelas orang tuanya siapa.
Karena belum dapat izin suami, bayi itu kemudian diserahkan kepada temannya.
Sejak itu ia kerap dititipi bayi-bayi malang.
Seperti tiga tahun ke kemudian, ditempat yang sama, kembali
Endang diserahi bayi. Kali ini bayi hasil hubungan di luar pernikahan. Suaminya
member ijin untuk merawat bayi tersebut. Maka bayi itupun ia bawa pulang. Enam
bulan berikutnya, datang pria menyerahkan bayinya. Ibu si bayi itu telah
meninggal, sementara sang ayah tidak sanggup untuk merawatnya. Tak lama
kemudian, datang lagi bayi hasi perzinaan seorang pelajar SMA.
Karena orang tua pelajar itu menganggap bayi itu aib, mereka
memilih membuang bayi itu ke Endang. Pernah juga datang seorang perempuan hamil
7 bulan. Dia putus asa karena ditinggal kabur suami. Bahkan perempuan itu
hendak membunuh diri. Syukurlah bisa dicegah Endang. Begitu lahir, orol itu
diserahkan kepada Endang, sedangkan ibunya memilih pergi entah kemana.Ada satu
hal yang membuat Endang tidak kuasa menolak bayi-bayi malang itu. Ia
terngiang-ngiang pada ayat Alquran surat al-Maidah ayat 3 “ Barangsiapa memelihara kehidupan seseorang
manusia, maka seakan-akan ia memelihara kehidupan semua manusia”
“Ayat itu telah mendorong saya untuk mengasuh anak-anak
itu”, katanya. Semua keluarga mendukung langkah Endang. Tapi ada juga orang
lain yang meledeknya. “Ada yang bilang saya anggota PKK, perempuan yang kurang
pekerjaan,” katanya sambil tertawa. Ada juga orang yang tidak setuju dengan
tindakan Endang itu. Mereka menganggap Endang merestui tindakan para orang tua
yang tidak bertanggung jawab itu.
“Tidak sama sekali, saya kerap menghimbau para orang tua
untuk bertanggung jawab dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar (zina). Tetapi
bayi-bayi itukan tidak bedosa dan harus diselamatkan dan ikhtiar yang saya
mampu,” paparnya. Untuk mengurus bayi-bayi tersebut, Endang tidak memungut biaya
sepersen pun. Justru dia menanggung seluruh kebutuhan biaya bayi-bayi itu.
Uniknya, Endang tak pernah minta bantuan atau mengirim
proposal, baik kepada perorangan atau lembaga. Menurutnya, mengasuh anak yatim
dan terlantar adalah bagian dari menolong agama Allah dan Allah pasti menolong
hamba-Nya. “Jika merasa tidak berkecukupan, maka Allah Maha Mencukupi”, katanya
dengan penuh keyakinan. “Soal rezeki, yakinlah Allah pasti akan mencukupi,
jangan su’uzhan pada Allah, Dia maha kaya”.
Katanya lagi sambil menyitir surat al-Baqarah ayat 255: “……Allah tidak tidur, juga tidak mengantuk untuk mengurus hamba-Nya”.
“Masak manusia diurus masih juga tidak mempercayai-Nya,” kata Endang sambil
tersenyum. Endang kerap mendapat rezeki tak terduga. Pernah suatu pagi berasnya
habis, namun ketika hendak membeli, sebelum melangkah ke took, di teras
rumahnya sudah ada tiga karung beras. Begitupun saat anak asuhnya ingin pisang
dan Endang belum sempat membelikannya.
Saat suami dan anak asuhnya pulang dari shalat subuh di mesjid,
dip agar rumahnya sudah bergantungan pisang. “Saya tidak tahu dari siapa, tapi
saya yakin itu dari Allah lewat tangan-tangan hamba-Nya yang saleh,” ujar
ending. Sebenarnya, Endang sudah mengantongi legalitas sebuah yayasan yang
bernama yayasan Darul Hanin. Namun, papan nama yayasan tersebut tidak pernah
dipasang.
Alasannya, dia tidak tega anak-anak disebut anak panti.
“saya hanya khawatir mereka tidak percaya diri dan hubungan psikologis diantara
kami menjadi terganggu.” Jelasnya. Endang ingin mencontoh pola anak asuh di
zaman rasulullah maupun sahabat. Di zaman Rasulullah katanya, anak yatim yang
ayahnya menjadi syuhada ataupun anak dhuafa, mereka dititipkan kepada para keluarga sahabat
dan diasuh dalam satu rumah.
Dirnya bukan tidak bermaksud tak menghargai kaum muslimin
yang mendirikan yayasan ataupun panti asuhan. “Saya tetap menghargai dan
menghormati mereka. Saya hanya mencoba mencontoh apa yang telah dilakukan
Rasulullah dulu, sesuai dengan yang saya mampu. Itu yang kami pahami,” tuturnya.
Dengan mengandalkan gaji dari mengajar dan pensiun serta hasil dari usaha rumah
makan suaminya, Alhamdulillah, sampai saat ini aktivitasnya tetap berjalan
lancar.
Namun dengan kerendahan hati, dirinya menampik bahwa yang
membiayai semua anak asuhnya adalah uangnya sendiri, “Bukan saya sendiri yang
membiayai, sahabat-sahabat saya, jamaah, sangat mempunyai kontribusi,” kata
Endang yang juga seorang ustazah ini. Iapun mengajak kaum muslimin untuk
menjadi orang tua asuh sesuai dengan kemampuan. Menurutnya, untuk menjadi orang
tua asuh, seseorang tidak harus kaya
dengan harta melimpah. Anak asuh pun tidak harus banyak. Endang juga meyakini
bahwa mempunyai anak asuh tidak mengurangi rizki kita, “Justru insyaallah akan
bertambah dan berkah. Bahwa setiap mahluk, Allah sudah memenuhi dan mencukupi
rezekinya,” katanya.