Perhitungan
tahun dalam Islam dimulai semejak kekhalifaan umar bin Khattab. Keinginannya
untuk menghitung tahun dalam Islam sepertihalnya Masehi tumbuh ketika ia
menerima surat dari gubenurnya di bashra’. Dalam surat itu
tertulis:”...membalas surat tuan yang tak bertanggal...”Hal itulah yang membuat
Umar mengundang para sahabat dan beberapa ahli untuk memusyawarahkan tentang
tahun dalam Islam.
Dalam
pertemuan itu, terdapat perbedaan pendapat diantara para sahabat. Ada diantara
mereka yang menginginkan dimulainya tahun baru ketika nabi Muhammad lahir. Kita
kenal tahun itu dengan ‘aamul fiil’. Sebagian sahabat yang lain
berpendapat lebih baik permulaan tahun Islam dihitung sejak nabi menerima wahyu
pertama di gua Hira’ pada usia Nabi 40 tahun. Yang lain berpendapat sebaiknya
permulaan tahun Islamdihitung sejaknya wafat Nabi. Mereka beralasan karena
wahyu yang terakir adalah sebagai penyempurnaan agama Islam sebagai agama yang
diridhoi oleh Allah dan sebagian yang lain berpendapat lebih baik dihitung
sejak hijrahnya Nabi dari Mekkah ke madinah. Pendapat terakhir inilah yang
akhirnya disetujui dalam pertemuan Itu.
Saudaraku,
terkandung makna yang dalam dari penentuan mulainya tahun baru Islam itu.
Hijrah mengandung pesan yang sangat luar biasa, ia pun sarat dengan pesan Ilahi
yang disampaikan kepada Rasulnya yang terakhir, hijrah disini bukan hanya
hijrah fisik yang seperti apa yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat. Namun
hijrah juga secara moral dan spritual. Hijrah adalah perubahan dari negatif
kepositif. Hijrah juga perubahan dari moral hazard (kerusakan moral) menuju
akhlakul karimah seperti yang diajarkan oleh Nabi.
Ketika
itu, Nabi dan para sahabat berusaha untuk merubah jalan dakwah Islam dengan
mencari daerah baru. Proses hijrah itupun tidak mudah seperti halnya kita
berpindah tempat dan berpergiaan. Diperlukan perjalanan yang jauh dan
melelahkan. Disamping itu pula, diadakan hubungan yang baik antara Nabi dan
sebagian penduduk Madinah yang berangkat haji ke Mekkah. Dari sini, kita dapat
melihat bahwa perjuangan Nabi dan para sahabat sangatlah panjang untuk merubah
jalannya dakwah. Maka hendaknya kita juga merentang jalan yang panjang dan terkadang
penuh terjal untuk merubah hati, perasaan dan moral kita yang kurang baik.
Itulah pesan hijrah yang sesungguhnya.