Wednesday, September 30, 2015

Hijrah Secara Moral dan Spiritual (Perhitungan tahun dalam Islam)

Hijrah Secara Moral dan Spiritual (Perhitungan tahun dalam Islam)
Hijrah Secara Moral dan Spiritual (Perhitungan tahun dalam Islam)

1.      Awal Mula Penentuan Mulainya Tahun Baru Islam (Hijriah)
Hijrah Secara Moral dan Spiritual (Perhitungan tahun dalam Islam)

Perhitungan tahun dalam Islam dimulai semejak kekhalifaan umar bin Khattab. Keinginannya untuk menghitung tahun dalam Islam sepertihalnya Masehi tumbuh ketika ia menerima surat dari gubenurnya di bashra’. Dalam surat itu tertulis:”...membalas surat tuan yang tak bertanggal...”Hal itulah yang membuat Umar mengundang para sahabat dan beberapa ahli untuk memusyawarahkan tentang tahun dalam Islam.

2.      Perbedaan Pendapat Penentuan Mulainya Tahun Baru Islam (Hijriah)
Hijrah Secara Moral dan Spiritual (Perhitungan tahun dalam Islam)

Dalam pertemuan itu, terdapat perbedaan pendapat diantara para sahabat. Ada diantara mereka yang menginginkan dimulainya tahun baru ketika nabi Muhammad lahir. Kita kenal tahun itu dengan ‘aamul fiil’. Sebagian sahabat yang lain berpendapat lebih baik permulaan tahun Islam dihitung sejak nabi menerima wahyu pertama di gua Hira’ pada usia Nabi 40 tahun. Yang lain berpendapat sebaiknya permulaan tahun Islamdihitung sejaknya wafat Nabi. Mereka beralasan karena wahyu yang terakir adalah sebagai penyempurnaan agama Islam sebagai agama yang diridhoi oleh Allah dan sebagian yang lain berpendapat lebih baik dihitung sejak hijrahnya Nabi dari Mekkah ke madinah. Pendapat terakhir inilah yang akhirnya disetujui dalam pertemuan Itu.

3.      Hikmah  Penentuan Mulainya Tahun Baru Islam (Hijriah)
Hijrah Secara Moral dan Spiritual (Perhitungan tahun dalam Islam)

Saudaraku, terkandung makna yang dalam dari penentuan mulainya tahun baru Islam itu. Hijrah mengandung pesan yang sangat luar biasa, ia pun sarat dengan pesan Ilahi yang disampaikan kepada Rasulnya yang terakhir, hijrah disini bukan hanya hijrah fisik yang seperti apa yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat. Namun hijrah juga secara moral dan spritual. Hijrah adalah perubahan dari negatif kepositif. Hijrah juga perubahan dari moral hazard (kerusakan moral) menuju akhlakul karimah seperti yang diajarkan oleh Nabi.

Ketika itu, Nabi dan para sahabat berusaha untuk merubah jalan dakwah Islam dengan mencari daerah baru. Proses hijrah itupun tidak mudah seperti halnya kita berpindah tempat dan berpergiaan. Diperlukan perjalanan yang jauh dan melelahkan. Disamping itu pula, diadakan hubungan yang baik antara Nabi dan sebagian penduduk Madinah yang berangkat haji ke Mekkah. Dari sini, kita dapat melihat bahwa perjuangan Nabi dan para sahabat sangatlah panjang untuk merubah jalannya dakwah. Maka hendaknya kita juga merentang jalan yang panjang dan terkadang penuh terjal untuk merubah hati, perasaan dan moral kita yang kurang baik. Itulah pesan hijrah yang sesungguhnya.