Wednesday, September 30, 2015

Hikmah dibalik Pergantian Tahun

Hikmah dibalik Pergantian Tahun

Hikmah dibalik Pergantian Tahun
Hikmah dibalik Pergantian Tahun
Hari demi hari berlalu. Demikian juga minggu, bulan dan tahun. Tak tersa kita sudah berada di tahun baru umat Islam Hijriyah. Tahun dimana harus meningkatnya seluruh kegiatan, perbuatan, dan amal kita kepada yang lebih baik dari yang sebelumnya karena dalam sebuah hadist dikatakan, “Barang siapa yang harinya lebih baik dari yang kemaren, maka ia beruntung, barang siapa yang harinya sama dengan hari yang kemaren maka ia merugi, barang siapa yang harinya lebih jelek dari yang kearen, maka ia celaka.”


Kita, baik secara individu maupun masyarakat, dalam hari-hari yang telah berlalu itu, senantiasa mengisi lembaran-lembaran yang setiap tahun kita tutup untuk kemudian membuka lagi dengan lembaran-lembaran baru pada tahun berikut. Lembaran-lembaran itu adalah sejarah hidup kita secara amat rinci. Itulah kelak yang akan disodorkan kepada kita untuk dibaca dan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT pada hari kiamat nantik. “Bacalah lembaran-lembaran (kitabmu) cukuplah engkau sendiri hari ini yang melakukan perhitungan atas dirimu (QS. 17:14) “Engkau akan melihat setiap ummat berlutut setiap ummat diajak untuk membaca kitab amalnya 9sejarah)” (QS. 45:28).

Maka dari itu ketahui lah, bahwa keimanan terhadap penghisaban pada hari kiamat mewajibkan disegerakannya koreksi kita dan persiapan kita. Dalam sebuah pernyataan: “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.”  Allah SWT berfirman: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah diragukan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) itu hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya: 47)

Dan barang siapa menghisab dirinya termasuk waktu-waktu yang dipergunakan dan apa yang ia pikirkan, niscaya akan ringan kesedihan yang harus ditanggung dihari kiamat nantik. Tetapi barang siapa tidak menghisab dirinya, maka kekallah kesedihannya dan menjadi banyak perhatiannya pada hari kiamat. Allah SWT berfirman “wahai oran-orang yang beriman bersabarlah, kuatkanlah kesabaranmu dan bersiap siagalah.” (QS. Ali Imran 200)

Setelah tahu dan kita lihat segala kekurangan dalam diri kita, maka kiata harus ingat selalu terhadap firman Allah SWT yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. “(QS. Sr-Ra’ad 11)

Begitulah bunyi sebuah ayat yang menafikkan secara tegas ketentuan sejarah dan secara tegas pula sikap terdalam manusia sebagai penentu sejarah. Dari sini dapat dipahami, mengapa para nabi memulai langkah mereka dengan menanamkan kesadaran terdalam itu dalam jiwa ummat. Dari mana anda datang? Kemana anda menuju? Bagai mana alam ini mewujud dan kearah mana ia bergerak? “Semua dari Allah dan akan kembali kepadaNya” dan “Akhir dari segala siklus adalah kembali ke permulaan.” Demikian para filosof muslim merumuskan.

Itulah kesadaran pertama yang ditanamkan pada manusia. Kemudian disusul dengan kesadaran jenis kedua yaitu kesadaran akan kemanusiaan manusia serta kehormatannya. Ruh Ilahi dan potensi berpengetahuaan yang diperoleh makhluk dari Tuhan, mengundang untuk memanusiakan dirinya, dengan jalan mengaktualkan pada dirinya sifat-sifat Ilahi sesuai kemampuannya. Dan kesadarannya ketiga akan tanggungjawab sosial.

Nah, kalu manusia atau masyarakat mampu mengisi hari-hari yang berlalu dalam hidupnya atas dasar kesadaran diatas, maka disanalah dia akan memperoleh kebahagiaan abadi. Dalam hal ini Al-Quran menegaskan “Mereka itulah yang akan menerima lembaran-lembaran sejarah hidupnya dengan tangan kanan.” (QS. 17:17)

Dengan ini semua dan dengan pergantian tahun hijriyah ini mari kita merubah mulai dari diri kita sendiri, karena adalah mimpi bisa merubah apapun dengan baik tanpa diawali merubah diri sendiri, kita perbaiki diri sendiri berarti kita mulai memperbaiki segalanya. Mulai dari hal yang terkecil, karena tidak ada prestasi besar, kecuali rangkaian prestasi kecil dan mudah. Mari kita mulai dari saat ini juga, janganlah menunda, karena belum tentu ada hari esok, keberuntungan kita adalah kebaikan yang kita laksanakan saat ini. Wallahu a ‘lam bishshawab.