Hikmah
dibalik Pergantian Tahun
Hikmah dibalik Pergantian Tahun |
Hari
demi hari berlalu. Demikian juga minggu, bulan dan tahun. Tak tersa kita sudah
berada di tahun baru umat Islam Hijriyah. Tahun dimana harus meningkatnya
seluruh kegiatan, perbuatan, dan amal kita kepada yang lebih baik dari yang
sebelumnya karena dalam sebuah hadist dikatakan, “Barang siapa yang harinya
lebih baik dari yang kemaren, maka ia beruntung, barang siapa yang harinya sama
dengan hari yang kemaren maka ia merugi, barang siapa yang harinya lebih jelek
dari yang kearen, maka ia celaka.”
Kita,
baik secara individu maupun masyarakat, dalam hari-hari yang telah berlalu itu,
senantiasa mengisi lembaran-lembaran yang setiap tahun kita tutup untuk
kemudian membuka lagi dengan lembaran-lembaran baru pada tahun berikut.
Lembaran-lembaran itu adalah sejarah hidup kita secara amat rinci. Itulah kelak
yang akan disodorkan kepada kita untuk dibaca dan dipertanggungjawabkan
dihadapan Allah SWT pada hari kiamat nantik. “Bacalah lembaran-lembaran
(kitabmu) cukuplah engkau sendiri hari ini yang melakukan perhitungan atas
dirimu (QS. 17:14) “Engkau akan melihat setiap ummat berlutut setiap ummat
diajak untuk membaca kitab amalnya 9sejarah)” (QS. 45:28).
Maka
dari itu ketahui lah, bahwa keimanan terhadap penghisaban pada hari kiamat
mewajibkan disegerakannya koreksi kita dan persiapan kita. Dalam sebuah
pernyataan: “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.” Allah SWT berfirman: “Kami akan memasang
timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah diragukan seseorang barang
sedikitpun. Dan jika (amalan itu) itu hanya seberat biji sawi pun pasti kami
mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan.”
(QS. Al-Anbiya: 47)
Dan
barang siapa menghisab dirinya termasuk waktu-waktu yang dipergunakan dan apa
yang ia pikirkan, niscaya akan ringan kesedihan yang harus ditanggung dihari
kiamat nantik. Tetapi barang siapa tidak menghisab dirinya, maka kekallah
kesedihannya dan menjadi banyak perhatiannya pada hari kiamat. Allah SWT
berfirman “wahai oran-orang yang beriman bersabarlah, kuatkanlah kesabaranmu
dan bersiap siagalah.” (QS. Ali Imran 200)
Setelah
tahu dan kita lihat segala kekurangan dalam diri kita, maka kiata harus ingat
selalu terhadap firman Allah SWT yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. “(QS. Sr-Ra’ad 11)
Begitulah
bunyi sebuah ayat yang menafikkan secara tegas ketentuan sejarah dan secara
tegas pula sikap terdalam manusia sebagai penentu sejarah. Dari sini dapat
dipahami, mengapa para nabi memulai langkah mereka dengan menanamkan kesadaran
terdalam itu dalam jiwa ummat. Dari mana anda datang? Kemana anda menuju? Bagai
mana alam ini mewujud dan kearah mana ia bergerak? “Semua dari Allah dan
akan kembali kepadaNya” dan “Akhir dari segala siklus adalah kembali ke permulaan.”
Demikian para filosof muslim merumuskan.
Itulah
kesadaran pertama yang ditanamkan pada manusia. Kemudian disusul dengan
kesadaran jenis kedua yaitu kesadaran akan kemanusiaan manusia serta
kehormatannya. Ruh Ilahi dan potensi berpengetahuaan yang diperoleh makhluk
dari Tuhan, mengundang untuk memanusiakan dirinya, dengan jalan mengaktualkan
pada dirinya sifat-sifat Ilahi sesuai kemampuannya. Dan kesadarannya ketiga
akan tanggungjawab sosial.
Nah,
kalu manusia atau masyarakat mampu mengisi hari-hari yang berlalu dalam
hidupnya atas dasar kesadaran diatas, maka disanalah dia akan memperoleh
kebahagiaan abadi. Dalam hal ini Al-Quran menegaskan “Mereka itulah yang
akan menerima lembaran-lembaran sejarah hidupnya dengan tangan kanan.” (QS.
17:17)
Dengan
ini semua dan dengan pergantian tahun hijriyah ini mari kita merubah mulai
dari diri kita sendiri, karena adalah mimpi bisa merubah apapun dengan baik
tanpa diawali merubah diri sendiri, kita perbaiki diri sendiri berarti kita mulai
memperbaiki segalanya. Mulai dari hal yang terkecil, karena tidak ada
prestasi besar, kecuali rangkaian prestasi kecil dan mudah. Mari kita mulai
dari saat ini juga, janganlah menunda, karena belum tentu ada hari esok,
keberuntungan kita adalah kebaikan yang kita laksanakan saat ini. Wallahu a
‘lam bishshawab.