PETER YANG AGUNG 1672-1725
![]() |
PETER YANG AGUNG 1672-1725 |
Karena Alexis punya tiga belas anak dari istri pertamanya,
taklah mengherankan jika terjadi pergulatan panjang bahkan keras untuk
memperebutkan mahkota. Dalam suatu kejadian, si Peter muda diharuskan pergi meninggalkan
negeri seumur hidup. Selama bertahun-tahun Sophia, saudara tiri Peter menjadi
penguasa sementara karena Peter masih terlampau muda. Dan baru sesudah tahun
1689, ketika dia melepaskan kedudukan itu posisi Peter menjadi aman.
Umum dianggap orang,
Tsar Rusia terkemuka, Peter Yang Agung politik pem"barat"-annya yang
ia lembagakan merupakan faktor utama yang mengubah Rusia jadi suatu negeri
kuat. Rusia tahun 1689
merupakan negeri yang terbelakang, berabad tertinggal di belakang Eropa dalam
hampir semua segi. Kota-kota jauh lebih sedikit ketimbang di Barat.
Perbudakan
merajalela, dan sesungguhnyalah, jumlah budak bertambah-tambah dan hak-hak
asasinya menurun. Rusia tidak mengalami baik Renaissance maupun Reformasi.
Pendeta-pendetanya goblok; literatur hampir tak ada; matematika dan ilmu
pengetahuan tak diacuhkan dan dianggap tak ada guna. Berbeda dengan Eropa Barat
di mana Newton baru saja menulis dia punya Principia dan dimana literatur dan
falsafah berkembang, Rusia tak ubahnya seperti negeri abad tengah, bloon,
jompo.
Tahun 1697-1698,
Peter melakukan perjalanan panjang ke Eropa Barat, suatu perjalanan yang
menentukan irama di tahun-tahun kemudian masa pemerintahannya. Peter memboyong
sekitar 250 orang bersamanya dalam "missi raksasa" ini. Dengan
menggunakan nama samaran (Pyotr Mikhaylov) Peter bisa melihat banyak hal yang
tak bisa dilihatnya tanpa cara itu.
Dalam perjalanan itu Peter bekerja pada
suatu saat tertentu sebagai tukang kayu di "Dutch East India Company"
di negeri Belanda. Dia juga bekerja di dok Angkatan Laut di Inggris, dan dia
belajar ihwal persenjataan di Prusia. Dia kunjungi pabrik-pabrik,
sekolah-sekolah, museum, stadion bahkan melihat-lihat sidang parlemen di
Inggris. Pendek kata, dia belajar sebanyak-banyaknya yang bisa diperolehnya dari
kebudayaan Barat, ilmu pengetahuannya, kulturnya, industrinya, dan tata
administrasinya.
Tahun 1698 Peter
kembali ke Rusia dan menyusun rancangan jangka jauh menyangkut pembaharuan,
memodernisasi dan membaratkan negeri Rusia untuk menggalakkan pengenalan teknologi
dan teknik Barat, Peter banyak membawa teknisi Eropa Barat ke Rusia. Dia juga
banyak mengirim remaja Rusia untuk belajar di Eropa Barat. Selama
pemerintahannya Peter menggairahkan pembangunan industri dan perdagangan. Di
bawah pemerintahannya, kota-kota membesar dan borjuasi berkembang biak dalam
jumlah maupun pengaruh.
Dan dalam masa
pemerintahan Peter, dibangun Angkatan Laut dalam ukuran yang selayaknya. Lebih
dari itu, Angkatan Daratnya diubah menurut gaya Eropa Barat, beruniform dan
bersenjata modern dan latihan militer secara Eropa Barat pun dilembagakan.
Peter juga melakukan pelbagai perubahan di sektor administrasi sipil, termasuk
perombakan yang sensitif tentang peningkatan pegawai sipil berdasar hasil
karyanya di kantor, bukan berdasar pangkat keturunan.
Dalam masalah sosial
pun Peter menggalakkan pembaratan. Dia instruksikan supaya semua jenggot
dicukur (meskipun belakangan instruksi itu diubah) dan semua pria di pengadilan
diharuskan berpakaian ala barat, menganjurkan stop merokok dan minum kopi.
Kendati waktu itu banyak usul-usulnya menemui tantangan gigih, secara jangka
panjang politik ini mengakibatkan kaum aristokrat Rusia akhirnya mengembangkan
cara dan kultur Eropa Barat.
Tidaklah
mengherankan apabila Peter menganggap Gereja Ortodoks Rusia merupakan kekuatan
reaksioner yang terbelakang. Peter berhasil sebagian mengorganisir kembali
Gereja Ortodoks dan dapat melakukan pengawasan secukupnya. Peter mendirikan
sekolah sekuler di Rusia dan mendorong kemajuan ilmiah. Dia juga memperkenalkan
penanggalan Yulian dan memodernisir abjad Rusia. Di masa pemerintahannya, surat
kabar pertama terbit di Rusia.
Sebagai tambahan
pembaharuan-pembaharuan yang dilakukannya di dalam negeri, Peter berkecimpung
dalam politik luar negeri yang punya akibat penting di masa depan. Di bawahnya,
Rusia terlibat peperangan dengan Turki di selatan dan dengan Swedia di utara.
Dengan Turki pada awal peperangan dia peroleh sukses merebut pelabuhan Azov
tahun 1696, dengan demikian menyuguhkan jalan keluar buat Rusia ke Laut Hitam.
Tetapi, kemudian di masa pemerintahannya juga, Turki dapat angin dalam
pertempuran dan pada tahun 1711 Turki memaksa Rusia mengembalikan pelabuhan
Azov.
Dalam peperangan
melawan Swedia, rentetan kejadian berlangsung sebaliknya, kalah pada awal mula tetapi
menang pada akhirnya. Tahun 1700 Rusia bergabung dengan Denmark dan Saxony
melancarkan serangan terhadap Swedia, yang waktu itu merupakan negeri yang kuat
potensi militernya. (Polandia pun kemudian memaklumkan perang terhadap Swedia).
Di pertempuran Narva tahun 1700, balatentara Rusia rusak terpukul. Sesudah
pertempuran ini, Raja Swedia berpaling ke musuh lain. Sementara itu Peter
membangun kembali tentara Rusia. Sesudah itu pecah lagi pertempuran antara
Rusia-Swedia. Dan di Poltava, tahun 1709, tentara Swedia kalah secara
meyakinkan.
Daerah yang berhasil
diperoleh Rusia dari peperangan termasuk (secara kasarnya) Estonia dan Latvia,
serta beberapa daerah dekat Finlandia. Kendati daerah yang direbutnya tidaklah
begitu luas, tetapi punya arti penting karena memberi Rusia jalan keluar ke
Laut Baltik yang orang sebut "Jendela Eropa." Di tepi sungai Neva, di
atas tanah yang pernah diduduki Swedia, Peter mendirikan kota baru, St.
Petersburg (kini bernama Leningrad). Tahun 1712 dia pindahkan ibukota dari Moskow
ke sana. Sesudah itu St. Petersburg menjadi titik pertemuan antara Rusia dengan
Eropa Barat.
Pelbagai politik
dalam negeri Peter dan peperangan dengan pihak asingnya, tentu saja,
mengeluarkan banyak biaya dan tak bisa dihindari lagi mengakibatkan penarikan
pajak-pajak tambahan. Baik pajak yang tinggi maupun pembaharuan-pembaharuan
dengan sendirinya membuat bangsa Rusia marah dan pecahlah beberapa
pemberontakan, tetapi kesemuanya ini ditumpas Peter tanpa ampun. Meskipun dia
punya banyak penentang di masanya, kini baik historikus Eropa Barat maupun
Komunis sepakat bahwa Peter memang seorang Tsar Rusia yang besar.
Pribadinya merupakan
penampilan yang menarik., Dia tinggi besar (paling sedikit 6 kaki 6 inci) kuat,
tampan dan bersemangat. Dia berapi-api, ganas, pemberang, berjiwa
berkobar-kobar. Dan suka kelakar meski humornya serius kasar. Kadang-kadang dia
banyak minum-minuman keras dan ini membuatnya ganas. Sebagai tambahan kecekatan
di bidang militer dan politik, Peter sudah mempelajari pertukangan kayu; cetak-mencetak,
navigasi, dan pembikinan kapal. Betul-betul seorang raja yang istimewa! Kalau
perlu, jangan-jangan dia bisa jadi pemborong!
Peter dua kali
kawin. Kawin dengan istri pertamanya Eudoxia tatkala umurnya tujuh belas
tahun. Mereka hidup berkeluarga, hanya seminggu dan ketika umurnya dua puluh
enam tahun sang istri dikirimnya ke biara. Tahun 1712 dicerainya Eudoxia dan
Peter kawin lagi dengan wanita lain. Istri keduanya Cathrine adalah
gadis asal Lithuania, seorang gadis dari keluarga biasa. Dari istri pertamanya
Peter peroleh seorang putera, Alexis.
Tetapi, Peter dan puteranya hubungannya
jelek. Tahun 1718 Alexis ditahan dengan tuduhan berkomplot mau gulingkan Peter.
Dia bukan saja ditahan tetapi juga disiksa dan mati dalam bui di St. Petersburg
awal tahun 1725 di umur lima puluh dua tahun. Dia digantikan oleh jandanya Catherine
(jangan keliru dengan Catherine Yang Agung).
Peter Yang Agung
tercantum di daftar buku ini berkat peranan penting yang dimainkannya
membaratkan dan memodernisir Rusia. Tetapi, karena para penguasa dari pelbagai
negara juga melakukan langkah-langkah serupa, orang layak bertanya atas dasar
apa Peter dimasukkan dalam daftar buku ini sedangkan banyak yang lainnya,
tidak.
Memang betul sekali
bahwa sekarang, di abad ke-20, umumnya kepala negara melihat arti penting buat
bangsanya menerima cara-cara Barat, khususnya di sektor ilmiah dan teknologi.
Tetapi di tahun 1700, kecenderungan membaratkan merupakan suatu hal baru bagi
umumnya orang di luar Eropa. Apa yang membikin Peter begitu penting adalah
bahwa dia berada dua abad di depan dari jamannya dalam hal menangkap perlunya
membaratkan dan dalam hal memodernisir negerinya.
Karena pandangan jauh ke
depan Peter, Rusia yang berada pada tingkat negeri terbelakang, mampu melompat
ke depan melewati sebagian besar negeri-negeri di dunia. (Tetapi, betapa pun
cepatnya dia maju yang sudah dilakukan Eropa di abad ke 18 dan ke-19, Rusia tak
mampu menyamai Eropa Barat).
Kebalikan dengan
Turki, satu negeri penting lainnya di perbatasan timur Eropa, yang juga
menarik. Turki dan Rusia keduanya "setengah Eropa." Dalam masa dua
abad segera sesudah pemerintahan Peter, Turki lebih maju di segi militer
ketimbang Rusia, begitu juga ekonomi serta kulturnya. (Untuk hal ini, Turki
jauh lebih maju dari Rusia sepanjang sejarah). Tetapi, tak ada Sultan Turki di
sekitar tahun 1700 yang menginsyafi pentingnya percepatan pembaratan dan tak
ada yang mendorong negerinya ke arah sana.
Karena itu, sementara Rusia, sejak
jaman Peter dan selanjutnya, ngebut dengan langkah modernisasi, Turki hanya
berbuat sedikit kemajuan. Baru di abad ke-20 Kemal Ataturk memimpin Turki
dengan program percepatan modernisasi. Pada saat itu, pengawasan Rusia terhadap
Asia Tengah sudah cukup mantap dan Rusia sudah lebih maju baik di segi industri
maupun segi pendidikan.
Kini, tentu saja,
kita dengan sendirinya menganggap Rusia mengungguli kekuatan Turki. Tetapi,
andaikata yang melakukan pembaharuan saat itu bukannya Peter Yang Agung
melainkan Sultan Turki, maka mungkin sekali Turki menjadi kekuatan utama dewasa
ini dan hampir pasti menguasai daerah yang kini bernama Asia Tengah Soviet.
(Penduduk daerah itu beragama Islam dan lebih dekat hubungannya dengan Turki
daripada dengan Rusia).
Meskipun Rusia telah menduduki bagian terbesar Siberia
sebelum Peter Yang Agung, besar kemungkinan daerah itu terambil Turki atau Cina
atau Jepang, kalau saja Peter tidak melakukan program pembaharuan dan
modernisasi memperkuat Rusia.
Peter Yang Agung
bukan sekedar penguasa yang mengikuti arus, tetapi orang yang berdiri di depan
jamannya. Pandangan jauh ke depannya besar kemungkinan bisa mengubah jalan
sejarah dan membaginya ke dalam jalur yang tak bisa kita telusuri. Atas dasar
alasan ini, sangat jelas buat saya bahwa Peter layak dapat tempat di daftar
buku ini.
Dalam hal menentukan
dimana urutan Peter, saya agak terpengaruh dengan perbandingan antara dia
dengan Ratu Elizabeth I dari Inggris. Elizabeth juga lebih kesohor, khusus di
Barat. Tetapi, saya pikir saya akan menghadapi kesulitan meyakinkan orang Rusia walau yang paling moderat sekalipun bahwa Elizabeth lebih berpengaruh
ketimbang Peter Yang Agung. Peter jauh lebih punya jiwa pembaharuan, jauh lebih
orisinal.
Apabila Elizabeth sebagian terpokoknya hanya melaksanakan konsensus
apa yang diinginkan rakyatnya, Peter menuntun rakyatnya ke jurusan yang tak
pernah mereka bayangkan sebelumnya. Beda tingkat antara keduanya bahkan bisa
lebih besar lagi kalau saja Inggris tidak memainkan peranan lebih penting dari
yang diperbuat Rusia