![]() | |
KISAH LIMA PERKARA ANEH |
Apa kisah lima perkara aneh
tersebut?..
Apa memang ada
perkara-perkara yang aneh dalam kisah kehidupan?...
Dari mana datangnya
kisah-kisah yang aneh tersebut?....
Kira-kira apa ada hikmah
yang terkandung dalam kisah aneh tersebut?.....
Empat macam pertanyaan yang
sengaja kami cantumkan mengenai Kisah Lima perkara Aneh tersebut, yang akan
melayang-layang dalam pikiran kita, serta mengharapkan penjelasan yang pasti
tentang lima hal perkara yang aneh itu, caba di baca ringkasan singkat di bawah
ini, agar tidak penasaran.
Abu Laits as-Samarqandi
adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku
menceritakan bahwa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam
bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.
Maka salah seorang Nabi
yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan
yang berbunyi, "Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi
menghadap ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang engkau lihat
(hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah,
keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau
dari padanya."
Pada keesokan harinya, Nabi
itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama
dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan
sambil berkata, "Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi
sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."
Maka Nabi itu terus
berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia
menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar
buku roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu di suap kan ke mulutnya. Bila
ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur
'Alhamdulillah'.
Kemudian Nabi itu
meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia
teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun
menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian
ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu ter keluar semula. Nabi itu pun
menanamkan nya semula sehingga tiga kali berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi itu,
"Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan
perjalanannya tanpa disadari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu ter keluar
semula dari tempat ia ditanam.
Ketika dia sedang berjalan,
tiba-tiba dia ter nampak seekor burung Elang sedang mengejar seekor burung
kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah,
tolonglah aku."
Mendengar rayuan burung
itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke
dalam bajunya. Melihat keadaan itu, lantas burung elang itu pun datang
menghampiri Nabi itu sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar
dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan
harapan-ku dari rezeki ku."
Nabi itu teringat pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, ia itu tidak boleh putuskan harapan.
Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat
keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan
diberikan kepada elang itu. Setelah mendapat daging itu, elang pun terbang
dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.
Selepas kejadian itu, Nabi
meneruskan perjalanannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai
yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan
menghirup bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima-lima peristiwa
itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam
doanya dia berkata, "Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu
sebagai mana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku erti
semuanya ini."
Dalam mimpi beliau telah
diberitahu oleh Allah S.W.T. bahwa, "Yang pertama engkau makan itu ialah
marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika
bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi
lebih manis daripada madu.
Kedua; semua amal kebaikan
(budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua. Ketiga; jika
sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.
Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu
kepadanya meskipun kau sendiri ingin hajat. Kelima; bau yang busuk itu ialah
ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang
duduk berkumpul membuat ghibah."
Saudara-saudaraku,
kelima-lima kisah ini hendaklah kita samakan dalam diri kita, sebab
kelima-lima perkara ini senantiasa sahaja berlaku dalam kehidupan kita
sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah membicarakan aib orang, memang menjadi tabiat seseorang itu suka membicarakan aib hal orang lain. Haruslah
kita ingat bahwa membicarakan aib hal seseorang itu akan menghilangkan pahala
kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada seorang hamba
Allah akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia
bertanya, "Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak
pernah aku kerjakan di dunia dulu."
Maka berkata Allah S.W.T.,
"Ini adalah pahala orang yang membicarakan aib tentang dirimu." Dengan
ini haruslah kita sadar bahwa walaupun apa yang kita kata itu memang benar,
tetapi membicarakan aib itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh karena itu,
hendaklah kita jangan membicarakan aib hal orang walaupun ia benar.