Kisah Teladan Anak Soleh
Curahan Air Mata Seorang Ibu
Sebuah ungkapan: suraga berada di telapak kaki ibu, ibu merupakan orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita, bahkan ia rela mengorbankan kebahagiannya hanya untuk kita semata. Olehkarna itu jangan sampai kita menyakiti perasaan seorang ibu, karan keridhoan ibu berada pada keridhoan Allah sedangkan kemurkaan ibu berada pada kemurkaan Allah.
Curahan Air Mata Seorang Ibu |
Sebuah ungkapan: suraga berada di telapak kaki ibu, ibu merupakan orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita, bahkan ia rela mengorbankan kebahagiannya hanya untuk kita semata. Olehkarna itu jangan sampai kita menyakiti perasaan seorang ibu, karan keridhoan ibu berada pada keridhoan Allah sedangkan kemurkaan ibu berada pada kemurkaan Allah.
Merenungi kutipan berupa tulisan
di bawah ini membuat kita terharu bercampur sedih. kita jadi teringat ibu baik
bagi kita yang masih memili ki ibu maupun bagi kita yang ibunya sudah dulu
menghadap tuhannya, namun bagi kita yang ibunya sudah dahulu pergi ,rasanya belum
banyak yang kita lakukan untuk membahagiakan ibu. Jarak saya yang berjauhan
membuat saya jarang pulang menengok.
Sekarang setelah dia pergi,
barulah timbul rasa kehilangan itu. Hidup selagi masih ada orangtua jauh lebih
bermakna daripada sudah tiada sama sekali.
Cerita di bawah ini juga
membenarkan peribahasa bahwa kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang
penggalan. Bagi anda yang masih memiilki ibu yang masih hidup, beruntunglah
anda masih bisa membahagiakan mereka, sedangkan bagi kami yang sudah kehilangan
hanya bisa mendoakannya sebagai bakti anak yang sholeh. Selamat membaca dan
mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya.
“Seorang ibu bisa mengurus
sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang
ibu”.
Saudara dan saudari ku seiman...sungguh
tak sekali pun kudengarkan cerita ini kecuali saya dalam keadaan berlinang
airmata, saya terjemahkan untuk kita semua, moga kecintaan pada Ibu selalu
diingatkan oleh Allah dalam hati-hati kita…selama beliau masih bersama kita..
Suatu hari seorang wanita
duduk santai bersama suaminya , pernikahan mereka berumur 21 tahun, mereka
mulai berbicara dan ia bertanya pada suaminya, ” Tidakkah engkau ingin keluar
makan malam bersama seorang wanita?”. Suaminya kaget dan berkata,” Siapa? Saya
tak memiliki anak juga saudara”. Wanita itupun kembali berkata,” Bersama
seorang wanita yang selama 21 tahun tak pernah kau temani makan malam”.
Tahukah kalian siapa wanita
itu??
Ibunya…
Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali- kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Al Isra’: 23-24)
Wanita itu berkata pada
suaminya, ”Selama kita bersama tak pernah engkau bersama ibumu walau sejenak
saja, hubungilah beliau, ajak makan malam berdua..luangkan waktumu untuknya”,
suaminya terlihat bingung, seakan-akan ia lupa pada ibunya.
Maka hari itu juga ia
menelpon ibunya, menanyakan kabar dan berkata “ Ibu, gimana menurutmu jika kita
habiskan malam ini berdua, kita keluar makan malam. Saya akan menjemput ibu,
bersiaplah”. Ibunya heran, ” Anakku, apakah terjadi sesuatu padamu?” jawabnya.
” Tidak ibu”, berulang kali sang ibu bertanya.
“ Ibu, malam ini saya ingin
keluar bersamamu”.
Mengherankan! Ibunya begitu
tak percaya namun sangat bahagia. “Mungkin kita bisa makan malam bersama,
bagaimana menurutmu?”. Ibunya kembali bertanya, ”Saya keluar bersamamu anakku?”
Ibunya seorang janda,
ayahnya telah lama wafat, dan anak lelakinya teringat padanya setalah 21 tahun
pernikahannya. Hal yang sangat menggembirakannya, begitu lama waktu telah
berlalu ia dalam kesendirian, dan datanglah hari ini, anaknya menghubunginya
dan mengajaknya bersama. Seolah tak percaya, diapun bersiap jauh sebelum malam
tiba. Tentu, dengan perasaan bahagia yang meluap-luap! Ia menanti kedatangan
anaknya.
Laki-laki itupun bercerita
: “ Setibaku di rumah menjemput ibu, kulihat beliau berdiri di depan pintu
rumah menantiku”
Wanita tua…menantinya di
depan pintu! “Dan ketika beliau melihatku, segera ia naik ke mobil.
Saya melihat wajahnya yang
dipenuhi kebahagiaan, ia tertawa dan memberi salam padaku, memeluk dan
menciumku, dan berkata: Anakku, tidak ada seorang pun dari
keluargaku..tetanggaku…yang tidak mengetahui kalau saya keluar bersamamu malam
ini, saya telah memberitahukan pada mereka semua, dan mereka menunggu ceritaku
sepulang nanti” Lihat bagaimana jika seorang anak mengingat ibunya!
Apakah yang harus kulakukan
agar mampu membalas
kebaikanmu? Apakah yang
harus kuberikan
agar mampu membalas
keutamaanmu?
Bagaimanakah kumenghitung
kebaikan-kebaikanmu ?
Sungguh dia begitu
banyak..sangat banyak..dan
terlampau banyak!
Dan kami pun berangkat,
sepanjang jalan saya pun bercerita dengan ibu, kami mengenang hari-hari yang
lalu.
Setiba di restoran, saya
baru menyadari bahwa baju yang dikenakan ibu adalah baju terakhir yang Ayah belikan
untuknya, setelah 21 tahun saya tak bersamanya tentu pakaian itu terlihat
sangat sempit, dan saya pun terus memperhatikan ibuku. Kami duduk dan datanglah
seorang pelayan menanyakan menu makanan yang hendak kami makan, kulihat ibu
membaca daftar menu dan sesekali melirik kepadaku, akhirnya kufahami kalau
ibuku tak mampu lagi membaca tulisan di kertas itu. Ibuku sudah tua dan matanya
tak bisa lagi melihat dengan jelas.
Kubertanya padanya,” Ibu,
apakah engkau mau saya bacakan menunya?” Beliau segera mengiyakan dan berkata,
“ Saya mengingat sewaktu kau masih kecil dulu, saya yang membacakan daftar menu
untukmu, sekarang kau membayar utangmu anakku..kau bacakanlah untukku”
Maka sayapun membacakan
untuknya, dan demi Allah..kurasakan kebahagiaan merasuki dadaku..
Beberapa waktu datanglah
makanan pesanan kami, saya pun mulai memakannya. Tapi ibuku tak menyentuh
makanannya, beliau duduk memandangku dengan tatapan bahagia. Karena rasa
gembira beliau merasa tak selera untuk makan.
Dan ketika selesai makan, kami
pun pulang, dan sungguh, tak pernah kurasakan kebahagian seperti ini setelah
bertahun-tahun. Saya telah melalaikan ibuku 21 tahun lamanya.
Setiba di rumah, kutanyakan
padanya : “ Ibu..bagaimana menurutmu kalo kita mencari waktu lain untuk keluar
lagi?” beliau menjawab,” Saya siap kapan saja kau memintaku!”
Maka haripun berlalu, Saya
sibuk dengan pekerjaan..dengan perdagangan..dan terdengar kabar Ibuku jatuh
sakit. Dan beliau selalu menanti malam yang telah kujanjikan. Hari terus
berlalu dan sakitnya kian parah. Dan…(Ya Alloh … Astaghfirullohal
al’adzim…Ibuku meninggal dan tak ada malam kedua yang kujanjikan padanya.
Setelah beberapa hari,
seorang laki- laki menelponku, ternyata dari restoran yang dulu kudatangi
bersama ibuku. Dia berkata,” Anda dan istri Anda memiliki kursi dan hidangan
makan malam yang telah lunas” Kami pun ke restoran itu, setiba disana..pelayan
itu mengatakan bahwa Ibu telah membayar lunas makanan untuk saya dan istri.
Surat dari Ibu
Dan menulis sebuah surat
Berbunyi : “Anakku, sungguh saya tahu bahwa tak akan hadir bersamamu untuk
kedua kalinya.
Dan menulis sebuah surat
Surat dari Ibu |
Namun, saya telah berjanji
padamu, maka makan malamlah dengan uangku, saya berharap istrimu telah
menggantikanku untuk makan malam
bersamamu”
Saya menangis membaca surat
ibuku…dimana saya selama ini ?? di mana cintaku untuk Ibu?? Selama 21 tahun….
….
Selaku anak jangan sampai
kita pernah menyakiti ibu, ibu merupakan malaikat bagi anak semasa ia di
lahirkan, malaikat yang begitu menyayanginya, ia tidak pernah putus asa dalam
mengasuhi anaknya, tidak pernah mengeluh dalam dirinya, biarpun masalah yang
begitu banyak yang di lalui nya ia tetap menghadapinya dengan senyum...