LAO TSE ± ABAD KE-4 SM
![]() |
LAO TSE ± ABAD KE-4 SM |
Buku Tao Te Ching
atau "Cara lama dan Kekuatannya" adalah naskah utama di mana filosofi
Taoisme diperinci. Oleh karena itu, biarpun beribu-ribu judul buku yang pernah
ditulis di Cina, mungkin yang paling banyak diterjemahkan dan dibaca di luar
negeri itu adalah sebuah buku ditulis lebih dari 2000 tahun yang lalu, terkenal
dengan nama Lao Tse atau Tao Te Ching.
Buku Te Ching atau
"Cara lama dan Kekuatannya" adalah buku ruwet, ditulis dalam gaya
khas yang luar biasa dan mampu menyuguhkan pelbagai rupa penafsiran. Ide
sentralnya berkaitan dengan masalah Tao yang lazim diterjemahkan dengan
"Jalan" atau "Jalur." Tetapi, konsepnya agak kabur, karena
buku Tao Te Ching sendiri dimulai dengan kalimat: "Tao yang akan
dijelaskan bukanlah Tao yang abadi; nama yang disebut di sini bukanlah nama
yang abadi." Tetapi, dapatlah kita katakan bahwa Tao berarti secara
kasarnya "Alam" atau "Hukum Alam."
Taoisme beranggapan
bahwa individu jangan bergulat melawan Tao melainkan harus tunduk menghambakan
diri dan bekerja bersamanya. (Seorang Taoist dapat menunjuk contoh air yang
lembutnya tak terbatas, yang mengalir tanpa protes menuju daratan rendah dan
yang tak melawan kekuatan selemah apa pun, tak terhancurkan, tetapi karang yang
sekokoh apa pun bisa luluh pada akhirnya).
Untuk seorang
pribadi manusia, kesederhanaan dan kewajaran merupakan hal jadi anjuran.
Kekerasan harus dijauhi, seperti juga halnya bergulat untuk uang dan prestise.
Orang tidak boleh bernafsu mengubah, dunia, melainkan harus menghormatinya.
Bagi pemerintahan, langkah yang dianggap bijak adalah berbuat tidak begitu
aktif, banyak mengatur ini melarang itu.
Apalagi, aturan dan batasan sudah
kelewat banyak. Karena itu menambah lagi undang-undang, atau memperkeras
ketentuan-ketentuan lama yang sudah ada, hanya mengakibatkan keadaan tambah
buruk. Pajak yang tinggi, rencana-rencana pemerintah yang terlalu ambisius,
menggalakkan perang, kesemuanya ini berlawanan dengan filosofi Taoisme.
Menurut tradisi
Cina, penulis Tao Te Ching adalah seorang bernama Lao Tse yang katanya sejaman
tetapi lebih tua dari Kong Hu-Cu. Tetapi, Kong Hu-Cu hidup di abad ke-6 SM. Dan
keduanya --baik dari sudut gaya maupun isi tulisan-- hanya sedikit ilmuwan masa
kini percaya bahwa Tao Te Ching ditulis pada masa begitu dini. Ada beda
pendapat tentang waktu yang sesungguhnya penyusunan buku itu. (Tao Te Ching
sendiri tak pernah menyebut nama orang tertentu, tidak juga tempat, tanggal,
atau kejadian-kejadian historis). Tetapi, tahun 320 SM merupakan perkiraan yang
pantas-sebetulnya dalam waktu delapan puluh tahun dari waktu yang sesungguhnya,
dan mungkin lebih dekat lagi.
Keluarga penganut
faham Taoisme memberi persembahan kepada bulan purnama menjelang musim gugur. Masalah ini membuat
suatu sengketa pendapat tajam mengenai waktu bahkan menyangkut adanya Lao Tse
sendiri. Sementara pihak yang berwenang percaya tradisi bahwa Lao Tse hidup di
abad ke-6 SM, karenanya berkesimpulan dia tidaklah menulis Tao Te Ching.
Sarjana-sarjana lain menganggap orang itu tak lebih dari tokoh dongeng belaka.
Pendapat saya sendiri, yang hanya disepakati oleh sebagian kecil sarjana,
adalah sebagai berikut: (1) Lao Tse itu memang betul-betul ada orangnya dan
memang penulis Tao Te Ching; (2) dia hidup di abad ke-4 SM ; (3) Cerita bahwa
Lao Tse sejaman tetapi lebih tua dari Kong Hu-Cu adalah keterangan yang
dibikin-bikin, yang fiktif dan dikarang oleh filosof Taoist yang datang
belakangan sekedar untuk tujuan menambah prestise terhadap orangnya dan
bukunya.
Baik dicatat, dari
para penulis-penulis Cina terdahulu baik Kong Hu-Cu (551-479 SM), atau Mo Ti
(abad 5 SM), atau Meng-tse (371-289 SM) tak satu pun menyebut baik Lao Tse
maupun Tao Te Ching. Tetapi, Chuang Tse, seorang filosof Taoist kenamaan --yang
muncul sekitar tahun 300 SM menyebut nama Lao Tse berulang kali.
Karena soal ada atau
tidaknya di dunia ini manusia yang namanya Lao Tse itu masih jadi pertanyaan,
selayaknya kita pun meragukan detail-detail biografinya. Tetapi, ada sumber
yang patut dihargai dalam bentuk pernyataan sebagai berikut: Lao Tse dilahirkan
dan hidup di Cina bagian utara. Sebagian dari masa hidupnya dia menjadi ahli
sejarah atau seorang pembimbing bagian arsip pemerintahan, besar kemungkinan di
kota Loyang, ibukota kerajaan dinasti Chou. Lao Tse bukanlah namanya yang
sesungguhnya, melainkan sekedar panggilan kehormatan yang secara kasarnya
berarti "sesepuh." Dia beristri dan punya putera bernama Tsung. Si
Tsung ini kemudian jadi jendral di negeri Wei.
Meskipun Taoisme
bermula dari falsafah sekuler, tetapi semacam gerakan keagamaan berkembang dari
sana. Tetapi, karena Taoisme sebagai sebuah filosofi melanjut atas dasar
khususnya gagasan yang tertuang dalam buku Tao Te Ching, "Agama
Taoist" ini segera diliputi dengan kepercayaan dan cara ibadah yang penuh
takhyul yang sedikit sekali kaitannya dengan ajaran Taoisme.
Berpegang pada
dugaan bahwa Lao Tse adalah penulis sesungguhnya buku Tao Te Ching, pengaruhnya
betul-betul luas. Buku itu amat ringkas (isinya kurang dari 6000 huruf Cina,
karena itu masih kurang banyak untuk dimuat dalam selembar koran!), tetapi dia
berisi banyak buah pikiran yang mendalam. Seluruh barisan filosof Taoisme
berpegang pada buku ini selaku pangkal tolak dari ide-idenya sendiri.
Di Barat, Tao Te
Ching jauh lebih populer ketimbang tulisan-tulisan Kong Hu-Cu atau filosof Kong
Hu-Cu yang mana pun. Nyatanya, sedikitnya ada empat puluh macam terjemahan
bahasa Inggris diterbitkan dari buku itu, lebih banyak dari terjemahan buku apa
pun, kecuali Injil.
Sedangkan di Cina,
faham Kong Hu-Cu umumnya merupakan falsafah anutan yang dominan, dan jelas ada
pertentangan antara buah pikiran Lao Tse dengan Kong Hu-Cu. Kebanyakan orang
Cina menganut faham yang disebut belakangan itu. Tetapi Lao Tse secara pukul
rata dihargai tinggi oleh para penganut Kong Hu-Cu. Dan lebih dari itu, dalam
banyak hal, ide-ide Taoisme dibaur begitu saja dengan ide-ide Kong Hu-Cu,
karena itu berpengaruh terhadap berjuta-juta orang walau tidak menamakan
dirinya Taoist. Begitu pula, Taoisme punya pengaruh yang jelas terhadap
perkembangan filosofi Buddha di Cina, khususnya terhadap Buddha Zen. Kendati
sedikit orang sekarang menyebut dirinya Taoist, tak ada seorang filosof Cina
kecuali Kong Hu-Cu yang punya pengaruh begitu luas dan begitu mantap jalan
pikiran manusia seperti halnya Lao Tse