Haji
Agus Salim merupakan seorang politikus berkaliber internasional. Selain itu, ia
juga dikenal sebagai orator, pengarang dan diplomat ulung yang berjasa besar
bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Agus Salim dilahirkan di kota
Gadang, Sumatra Barat, pada tanggal 8 oktober 1884.
Ia
lebih banyak belajar secara otodidak, disamping menempuh pendidikan di HBS
(Hogere Burger School) dan tamat pada tahun 1903. Setelah banyak belajar secara
otodidak tersebut ia berkerja di Konsulat Belanda di Jeddah. Ia tidak hanya
berkerja, namun juga memperdalam pengetahuannya mengenai keislaman dan
seluk-beluk diplomasi internasional.
Setelah
kembali ketanah air, ia langsung bergabung dengan Sarekat islam (SI). Sejak
tahun 1945, ia aktif di bidang diplomasi. Saat Yogyakarta diduduki oleh Blanda,
pada tanggal 19 Desembar 1948, Agus Salim ditangkap bersama Soekarno dan
diasingkan di Brastagi, kemudian Prapat dan akhirnya di Bangka. Setelah
pengakuan kedaulatan republik Indonesia (RI) pada tahun 1949, Agus Salim aktif
di bidang pendidikan, meski pun kala itu ia masih bertugas sebagai penasehat
pemerintah. Agus Salim wafat pada tanggal 4 November 1954.
Agus
Salim adalah seorang politikus ulung. Ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI)
dalam waktu singkat ia sudah menjadi tangan kanan HOS Tjokroaminoto dalam
memimpin Sarekat Islam (SI). Sepeninggal Tjokroaminoto, Agus Salim menggantikan
kedudukannya sebagai ketua. Sejak tahun 1930, Sarekat Islam (SI) berganti nama
menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Tahun 1936, karena pertentangan
paham dalam Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), ia mendirikan barisan
Penyadar Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) yang kemudian hari menjadi
Partai penyadar. Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, ia melanjutkan
kegiatan politiknya dan bergabung dengan Partai Masyumi.
Karena
keahliannya dalam bidang politik itulah, maka tak mengherankan jika pada masa
pemerintahan Hindia Belanda, ia pernah menjadi anggota Volksraad (Dewan
Rakyat). Pada masa pendudukan jepang, ia duduk sebagai anggota Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Sesudah Indonesia medeka,
tepatnya pada masa Kabinet Syahril II dan III, ia diangkat menjadi Mentri MudaLuar
Negri. Lalu karir itu meningkat pada masa Kabinet Amir Syarifuddin dan Kabinet
Hatta dengan menjadi Mentri Luar Negri.
Selain
selalu bergerak dalam berpolitikkan baik pada masa penjajahan maupun pada masa
kemerdekaan, Agus Salim juga merupakan seorang pemikir besar Inndonesia. Ia
melontarkan banyak gagasan dalam berbagai kesempatan. Ia juga sangat produktif
menuangkan buah pemikirannya. Pada tahun 1953, ia memberikan kuliah mengenai
kebudayaan Islam dan gerakan nasional, selaku lektor tamu di Universitas
Cornell, AS. Pada tahun 1954, ia menerima jabatan sebagai guru besar pada
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Yogyakarta, tetapi ia wafat sebelum
memulai tugasnya.