Kumpulan Humor Abu Nawas 09: Ibu Sejati
Kumpulan Humor Abu Nawas 09 - Ibu Sejati |
Kumpulan Humor
Abu Nawas 09 menceritakan kisah cerita
atau story sang si cerdik segudang ide-ide yang di milikinya siapa lagi
kalau bukan si sufy Abu Nawas, ada pun tema kisah cerita ini tentang Ibu Sejati, di saat sebuah kasus
berlarut-larut tanpa bisa diselesaikan selama berhari-hari. Dua orang ibu
sama-sama mengaku berhak atas seorang bayi, keduanya sama-sama mengakui bayi
itu sebagai anak kandungnya. Hakim di pengadilan kerajaan sulit memutuskan
perempuan mana yang lebih berhak atas bayi itu.
Begitu sulitnya
kasus ini diselesaikan hingga hakim pun menghadap baginda Raja untuk minta
petunjuk penyelesaian. Pada persidangan berikutnya baginda raja turun tangan
dan menjumpai dua ibu yang bertikai.
Raja mencoba memakai
taktik rayuan, - dengan cara yang halus dan hati-hati dimintanya salah satu
wanita itu mengalah serta merelakan bayinya dirawat ibu yang lebih berhak.
Bukannya membuat
perempuan itu luluh hatinya, upaya raja malah menjadikan keduanya mati-matian
mengakui bayi itu sebagai anak kandungnya. Baginda raja pun hanya geleng-geleng
kepala menyerah tak berdaya.
Demi mendapat
keputusan yang adil, agar bayi yang direbutkan bisa kembali kepada ibunya yang
sejati, - maka dipanggillah "Abu Nawas" menghadap raja. "Abu Nawas" kemudian
menggantikan posisi hakim sebagai pengadil, harus menemukan ibu sejati bagi
bayi yang direbutkan.
Hari pertama sidang yang
dipimpin Abu Nawas menghasilkan keputusan menunda sidang sampai hari
berikutnya. Saat sidang pimpinan "Abu Nawas" digelar kembali, di pengadilan sudah
hadir algojo dengan pedangnya yang berkilap. Dengan kewenangannya sebagai
pemimpin sidang "Abu Nawas" memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.
“Apa yang akan kau
lakukan?” kata perempuan pertama.
Abu Nawas dengan
tenang meneruskan perintahnya. “Apapun yang saya lakukan, pasti adil bagi
kalian berdua,” kata "Abu Nawas" sambil tersenyum.
“Saya tawarkan
sekali lagi, adakah di antara kalian berdua yang mau mengalah? Menyerahkan bayi
ini kepada ibunya yang asli?”
“Tidak! Aku tidak
mungkin menyerahkan bayiku pada orang lain,” kata perempuan pertama lantang.
“Dan kau?” tanya "Abu
Nawas" pada perempuan kedua. Perempuan ini hanya menggelang sambil menangis.
“Baiklah. Karena
kalian sama-sama menginginkan bayi itu, tidak ada yang mengalah, saya putuskan
untuk … membagi bayi itu menjadi dua, sama rata, sama beratnya,” kata "Abu
Nawas".
Di saat bersamaan
algojo bergerak maju mendekati bayi di atas meja. Ia menyiapkan pedangnya yang
tampak berkilap.
Perempuan pertama
girang bukan kepalang. Di pujinya keputusan "Abu Nawas" sebagai keadilan yang luar
biasa, dan ia pun tampak tersenyum bahagia.
Sementara perempuan
kedua menjerit-jerit histeris tak kuasa menahan diri. “Jangan! Tolong jangan
lakukan! Biarlah, … aku rela bayiku diserahkan dia asal jangan disakiti,” kata
perempuan kedua sebelum akhirnya jatuh terduduk tengggelam dalam tangisan.
"Abu Nawas" tersenyum
lega karena berhasil membongkar topeng kedua perempuan. "Abu Nawas" pun segera
mengambil bayi itu dan diserahkannya kepada perempuan yang mengaku rela bayinya
diberikan pada orang lain.
Setelah diberi
perintah, perempuan pertama pun ditangkap. “Tak akan ada ibu yang merelakan
anaknya disakiti, apalagi dpotong jadi dua,” kata "Abu Nawas" sebelum menutup
sidang.