Kumpulan Kisah Cerita Teladan Islami
Kisah-kisah cerita teladan Islami ini terkumpul dari beberapa kisah yang menarik serta terdapat hikmah-himah yang bisa di petik dari Kumpulan Kisah cerita teladan Islami ini, dengan membaca dan melihat kejadian-kejadian/kisah-kisah yang sudah terjadi dahulu, bisa membantu atau menolong diri sendiri, agar bisa menjadi yang terbaik yang diharapkan oleh Islam serta bisa menteladani dari kisah-kisah islami, adapun kumpulan kisah-kisah cerita teladan islami di bawah ini sebagai berikut:
- Siapa yang paling jelek sedunia
- Karena mimpi melihat neraka di depan mata
- Kisah raja sehari
- Komitmen Nikah dalam perspektif Islam
1). SIAPA YANG PALING JELEK SEDUNIA
Kisah seorang santri yg menggali ilmu
pada seorang pak Kyai. Bertahun-tahun telah dia lewati hingga sampai pada suatu
ujian terakhir. dia menghadap pak Kyai untuk mengikuti ujian tersebut. “Hai
Santri, kamu sudah menempuh semua tahapan belajar dan sekarang tinggal satu
ujian lagi, kalau seandainya kamu mampu dan bisa menjawab berarti kamu lulus “,
kata pak Kyai. “Baik pak Kyai, apa ujiannya pak Kyai ?” “Kamu harus bisa cari
atau menemukan seorang atau satu mahkluk yang lebih jelek dari kamu, kamu akan
saya beri waktu dalam tiga hari “. Kemudian santri tersebut meninggalkan pondok
untuk melaksanakan ujian dari pertanyaan pak Kyai tersebut serta mencari
jawaban atas pertanyaan pak Kyai-nya.
Pada hari pertama:
Santri bertemu dengan seorang pemabuk berat yg dapat di katakan hampir tiap
hari mabuk-mabukan. Santri berkata dalam hati, ” Inilah orang yang lebih jelek
dari saya. Saya telah beribadah puluhan tahun sedang ia mabuk-mabukan terus “. Namun
sesampai dia di rumah, timbul pikirannya. “Belum tentu, sekarang orang
mabuk-mabukan tadi, siapa tahu pada akhir hayatnya Allah memberi Petunjuk (hidayah)
dan ia Khusnul Khotimah adapun saya sekarang baik banyak ibadah, tetapi pada
akhir hayat saya di takdirkan Suul Khotimah,bagaimana ? ia belum tentu lebih
jelek dari saya.
Pada hari kedua:
santri jalan keluar rumah dan ketemu
dengan se-ekor anjing yang menjijikan bentuknya, sudah bulunya kusut, kudisan dan
sebagainya. Santri terdiam sambil berpikir, ” Ketemu sekarang yg lebih jelek
dari saya. Anjing ini sudah pasti haram kalu dimakan, sudah kudisan dan jelek
lagi ” . Santri merasa gembira karena telah menemukan jawaban atas pertanyaan
gurunya tersebut. Ketika waktu akan tidur sehabis ‘Isya, dia merenung, “Anjing
itu kalau mati, habis permasalahan dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas
perbuatannya oleh Alloh, sedangkan saya akan dimintai pertanggung jawaban yg
sangat berat di karenakan saya selalu berbuat banyak dosa, pasti saya masuk
neraka. “Saya tidak lebih baik dari anjing itu.
Pada hari ketiga:
Santri tersebut menghadap pak Kyai. Pak Kyai
bertanya, “Sudah dapat jawabannya wahai muridku ?” “Sudah pak Kyai”, santri
menjawab. ” Ternyata orang yang paling jelek adalah saya guru”. Sang Kyai
tersenyum, “Kamu saya nyatakan lulus”.
Hikmah yang dapat di petik dari kisah
siapa orang yang paling jelek sedunia ini yaitu: Selama kita masih sama-sama
hidup kita tidak boleh sombong/merasa lebih baik dari orang/mahkluk lain. Yang
berhak sombong adalah Alloh SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup
kita nanti. Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada
orang/mahkluk lain yg sama-sama di ciptaan Allah SWT.
2). KARENA MIMPI MELIHAT NERAKA DI
DEPAN MATA MENURUT ISLAM
Semasa Rasulullah SAW hidup, para sahabat
beliau selalu menceritakan atau mengadukan permasalahan-permasalahan yang
mereka miliki, termasuk permasalahan bermimpi. Suatu malam hari, seorang
sahabat nabi yang masih muda bernama Abdullah bin Umar ra, berangkat ke Masjid
Nabawi. Dia membaca Al-Quran sampai kelelahan. Setelah cukup lama ia membaca
Al-Quran, dia merasakan ngantuk dan mau tidur.
Seperti biasa yang dilakukannya, sebelum
tidur dia menyucikan diri dengan cara berwudhu, baru kemudian merebahkan badan
dan berdoa, “Bismika Allahumma ayha wa bismika amutu: ya Allah, dengan nama-Mu
aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati.”
Demikianlah, Baginda Rasul menuntunnya
cara tidur yang baik. Sehingga, dalam tidur pun, malaikat masih mencatatnya
sebagai orang yang tidak lalai. Dengan menyucikan diri, ruh orang yang tidur
akan mendapatkan hikmah dan siraman doa para malaikat.
Sambil pelan-pelan memejamkan mata,
Abdullah bin Umar terus bertasbih menyebut nama Allah hingga akhirnya terlelap.
Di dalam tidurnya yang nyenyak, dia bermimpi.
Dalam mimpinya, dia berjumpa dengan dua
malaikat. Tanpa berkata apa apa, dua malaikat itu memegang kedua tangannya dan
membawanya ke neraka. Dalam mimpinya, neraka itu bagai sumur yang menyalakan
api berkobar kobar. Luar biasa panasnya. Di dalam neraka itu, dia melihat
orang-orang yang telah dikenalnya. Mereka terpanggang dan menanggung siksa yang
tiada tara pedihnya.
Menyaksikan neraka yang mengerikan dan
menakutkan itu, Abdullah bin Umar seketika berdoa, “A’udzubillahi minannaar.
Aku berlindung kepada Allah dari api neraka.”
Setelah itu, Abdullah bertemu dengan
malaikat lain. Malaikat itu berkata, “Kau belum terjaga dari api neraka!”
Pagi harinya, Abdullah bin Umar menangis
mengingat mimpi yang dialaminya. Lalu, dia pergi ke rumah Hafshah binti Umar,
istri Rasulullah SAW. Dia menceritakan perihal mimpinya itu dengan hati yang
cemas.
Setelah itu, Hafsah menemui Baginda Nabi
dan menceritakan mimpi saudara kandungnya itu pada beliau. Seketika itu, beliau
bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar kalau dia mau melakukan
shalat malam!”
Mendengar sabda Nabi itu, Hafshah
bergembira. Dia langsung menemui adiknya, Abdullah bin Umar dan berkata,
“Nabi mengatakan bahwa kau adalah sebaik-baik
lelaki jika kau mau shalat malam. Dalam mimpimu itu, malaikat yang terakhir kau
temui mengatakan bahwa kau belum terjaga dari api neraka. Itu karena kau tidak
melakukan shalat tahajud. Jika kau ingin terselamatkan dari api neraka,
dirikanlah salat tahajud setiap malam. Jangan kau sia-siakan waktu sepertiga
malam; waktu di mana Allah SWT memanggil-manggil hamba-Nya; waktu ketika Allah
mendengar doa hamba-Nya.”
Sejak itu, Abdullah bin Umar tidak pernah
meninggalkan shalat tahajud sampai akhir hayatnya. Bahkan, kerap kali dia
menghabiskan waktu malamnya untuk shalat dan menangis di hadapan Allah SWT.
Setiap kali mengingat mimpinya itu, dia menangis. Dia berdoa kepada Allah agar
diselamatkan dari api neraka.
Apalagi jika dia juga ingat sabda baginda
Nabi SAW, “Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya pada hari
kiamat adalah seseorang yang diletakkan pada kedua tepak kakinya bara api yang
membuat otaknya mendidih. Dia merasa tidak ada orang lain yang lebih berat
siksanya daripada dia. Padahal, sesungguhnya siksa yang ia terima adalah yang
paling ringan di dalam neraka.“
Dia berusaha sekuat tenaga untuk
beribadah kepada Allah, mencari ridha Allah, agar termasuk hamba hamba-Nya yang
terhindar dari siksa neraka dan memperoleh kemenangan surga.
Akhirnya, dia bisa merasakan betapa
nikmatnya shalat tahajud. Betapa agung keutamaan shalat tahajud. Tidak ada yang
lebih indah dari saat-saat ia sujud dan menangis kepada Allah pada malam hari.
3). KISAH RAJA SEHARI
Pernah hidup seorang Raja tua yang sangat
bijaksana, memerintah sebuah negeri yang aman tenteram dan makmur sentosa.
Suatu malam, Raja tua dan pembantunya berkeliling kota dan menemukan sebuah
gubug yang kumuh.
Raja tua mengendap mendekati gubug itu
dan mencuri dengar. Rupanya gubug itu dihuni oleh seorang janda miskin beranak
satu. Sang anak menangis kelaparan,sementara sang Ibu sibuk menghibur si anak.
“Sabarlah nak. Ibu akan menghadap Raja besok. Ibu dengar dia Raja yang murah
hati. Dia pasti akan memberikan makanan bagi kita”.
Raja tua terenyuh hatinya dan memanggil
sang pembantu, “Jika mereka sudah tidur, ambil anaknya dan letakkan di tempat
tidurku. Besok, aku ingin dia menjadi Raja selama satu hari. Sehingga saat
Ibunya datang menghadap, dia bisa memberikan sebanyak apapun harta kekayaan
istanaku kepada ibunya.”
Si anak bangun tidur di kamar Raja yang
mewah. Para pelayan istana memberikan penghormatan kepada si anak, selayaknya
seorang Raja. Mereka melayani dia dari keperluan mandi hingga sarapan. Dari
pagi hingga siang, si anak bermain-main dengan para Pangeran dan Putri istana.
Semuanya menghormati dia selayaknya seorang Raja. Si anak mulai berpikir bahwa
dia akan seterusnya tinggal di istana sebagai seorang Raja. Dia mulai menikmati
segala kemewahan disekelilingnya.
Tiba saatnya Raja duduk di ruang sidang,
memutuskan masalah rakyat. Disamping singgasana Raja, duduk Penasihat Agung
Kerajaan, yang tiada lain adalah Raja tua yang asli. Satu demi satu Raja
memutuskan urusan rakyat dengan bijaksana, atas saran bijak Penasihat Agung.
Hingga tiba giliran sang Ibu yang miskin untuk menghadap. Malu, sang Ibu hanya
tertunduk, tidak berani memandang Raja. Tapi Raja dapat mengenali Ibunya. Usai
mendengarkan penuturan ibunya, Raja memerintahkan untuk memberikan dua karung
gandum dan sepuluh keping uang emas kepada ibunya. Penasihat Agung dan pembesar
lainnya terkejut.
“Yang Mulia,” tegur Penasihat Agung.
“Kekayaan istana ini sungguh tidak terbatas. Kita bisa memberikan lebih banyak
lagi.”
“Yang Mulia,” Menteri Pangan bangkit dari
kursinya. “Menurut perhitungan hamba, jika Tuanku menyerahkan 1000 lumbung padi
sekalipun, negara masih memiliki kelimpahan yang tidak terbatas. Saran hamba,
berikanlah lebih dari itu.”
“Tuanku,” Bendahara Negeri ikut
menimpali. “Menurut hitungan hamba, jika Tuanku mengeluarkan seluruh persediaan
emas negara untuk Ibu ini, negara masih tetap kaya karena bulan depan kita akan
memperoleh pendapatan emas dua kali lipat dari hari ini. Saran hamba,
berikanlah lebih dari itu.”
Demikianlah, Penasihat Agung dan satu
demi satu pembesar kerajaan mencoba membujuk Raja untuk memberikan lebih kepada
Ibunya. Tetapi Raja tidak perduli. Dia bahkan marah dengan usulan-usulan yang
dianggap mempertanyakan otoritasnya itu. Sang Ibu yang miskin akhirnya pulang
dengan dua karung gandum dan sepuluh keping uang emas.
Ketika matahari tenggelam, si anak tertidur
kelelahan. Raja tua berkata kepada pembantunya, “Aku telah menggenapi janjiku
untuknya. Kembalikan lagi dia ke rumah Ibunya.” Sang anak terbangun kembali di
gubugnya. Dia pikir dia baru bermimpi. Namun dia terkejut mendengar cerita
Ibunya. Si anak segera menyadari kesalahannya, dan berlari ke istana menemui
Raja tua.
“Yang Mulia, ampuni hamba. Hamba kini
menyadari maksud Baginda. Hamba mohon, kembalikan hamba menjadi Raja, agar
hamba bisa memberikan lebih kepada Ibu hamba.”
“Tidak bisa,” kata Raja.
“Satu menit saja, Yang Mulia. Sekedar
memerintahkan untuk memberikan lebih kepada ibunda hamba.”
“Anakku,” kata Raja. “Waktumu telah
berlalu. Apa yang telah engkau berikan untuk ibumu, itulah yang akan engkau
nikmati.”
” Dan berikanlah peringatan kepada
manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka
berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami
(kembalikan kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan
mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul” .(Kepada mereka
dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali
kamu tidak akan binasa?” (Al- Quran S. 14:44)
Semoga kita semua tidak tertipu seperti
anak itu, yang mengira dia akan menjadi Khalifah / Raja selamanya di atas
dunia.
4). KOMITMEN NIKAHAN DALAM PERSPEKTIF
ISLAM
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak
muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58
tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga
sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah
awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya
lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terj adi selama 2 tahun, menginjak tahun
ke tiga seluruh tubuhnya menj adi lemah bahkan terasa tidak bertulang
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan,
membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak
merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi
dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak
begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi
istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian
dan selepas maghrib dia temani istrinya
nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang
tapi tidak bisa menanggapi, pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu
menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih
kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke
empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg
masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak suyatno
berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak
mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan
bahwa istrinya dialah yg merawat, yang dia inginkan hanya satu, yaitu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg
sulung berkata ” Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat
bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak...bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” .. dengan air mata berlinang
anak itu melanjutkan kata2nya “sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak
menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan
berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan
merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali
tidak diduga anak2 mereka.
“Anak2ku … Jikalau perkawinan &
hidup didunia ini hanya untuk nafsu,
mungkin bapak akan menikah..lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian
disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.. (sejenak
kerongkongannya tersekat),.. . kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini
dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menggantimya dengan apapun.
Coba
kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini. Kalian
menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu
dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan agar bapak yg masih diberi Tuhan
kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak
suyatno, merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno..dengan
pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..
Sampailah akhirnya pak suyatno diundang
oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun
mengajukan pertanyaan kepada pak suyatno kenapa mampu bertahan selama 25
tahun merawat Istrinya yg sudah tidak
bisa apa2..disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio
kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah pak Suyatno bercerita.
“Jika manusia didunia ini mengagungkan
sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu,
tenaga, pikiran, perhatian) maka itu adalah kesia-siaan. Cinta itu adalah
memberi.
Saya percaya Tuhan-lah yang memilihkan
istri saya ini menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun
dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan hanya
dengan mata, dan dia memberi pada saya 4 orang anak yg lucu2.. Sekarang dia
sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu merupakan ujian bagi
saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya,
termasuk dikala sehat maupun sakit. Ketika dia sehatpun belum tentu saya
mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,”