Kisah Teladan Nabi Ibrahim
Kisah Teladan Nabi Ibrahim
|
Dalam Al-Quran banyak cerita tentang kisah-kisah umat terdahulu beserta nabi-nabi yang di utus
oleh Allah SWT, agar mereka berjalan di jalan yang lurus, bahkan didalam
kisah-kisah tersebut terdapat pelajaran bagi umat-umat masa kini.
Kisah teladan disini menjelaskan seputar kehidupan Nabi Ibrahim dan perjuangan beliau dalam menyebarkan ke Tauhidan di alam ini, ada pun kisah-kisah Ibrahim A.S mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Profil Nabi Ibrahim .A.S
2. Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
3. Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
4. Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Apakah kah kita masih tetap
mengikuti langkah langkah umat terdahulu yang di musnahkan oleh Allah, atau kah
kita mengikuti langkah langkah umat terdahulu yang di berkahi oleh Allah SWT,
oleh karena itu coba kita renungkan perjuangan nabi Ibrahim dengat umat-umat
beliau, yang digambar kan oleh Allah di dalam Al-Quran tersebut.
Profil Nabi Ibrahim .A.S
Nabi Ibrahim adalah putera
Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin
Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama “Faddam
A’ram” dalam kerajaan “Babylon” yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja
bernama “Namrud bin Kan’aan.”
Kerajaan Babylon pd masa
itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan
serba cukup sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi
keperluan pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi tingkatan hidup rohani mrk masih
berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak mengenal Tuhan Pencipta mrk yang telah
mengurniakan mrk dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan
mrk adalah patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat
dari lumpur dan tanah.
Raja mereka Namrud bin
Kan’aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan
mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan
undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang
berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebuh-lebihanyang ia
nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai
raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan.
Ia berfikir jika rakyatnya
mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidal dpt
memberi manfaat dan mendtgkan kebahagiaan bagi mrk, mengapa bukan dialah yang
disembah sebagai tuhan.Dia yang dpt berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir,
dpt memimpin mrk, membawa kemakmuran bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan
dan kesusahan. Dia yang dpt mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang
hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah
raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat
yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah
yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan
pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah
diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah
diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang
menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada
patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi
agar mrk kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh
ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan
tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk
menjajakan brg-brg itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung
ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:” Siapakah yang akan membeli
patung-patung yang tidak berguna ini? ” Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana
Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah
Nabi Ibrahim yang sudah
berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku
dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan
keyakinannya, menenteramkan hatinya
serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu
fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana
Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah ia kepada
Allah: ” Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk
yang sudah mati.”Allah menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau
beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? “Nabi Ibrahim menjawab:” Betul, wahai
Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun
aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat
ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”
Allah memperkenankan
permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung
lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu,
memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung
yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap
bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang
telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil
burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap
bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.
Dengan izin Allah dan
kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh
bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim
kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya,
dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah YAng Maha Berkuasa dpt
menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya
dari sesuatu yang tidak ada.
Dan dengan demikian tercapailah
apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan
menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa
kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang
dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “Kun” yang difirmankan
Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki ” Fayakun”.
Nabi Ibrahim Berdakwah
Kepada Ayah Kandungnya
Aazar, ayah Nabi Ibrahim
tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala
bah ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri
dan drpnya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa
kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain
ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa
kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang
sesat dan bodoh.Beliau merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya
memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan
mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan
adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan
kata-kata yang halus ia dtg kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh
Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan
dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan
lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti
lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna
sedikit pun tidak dpt mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah
kerugian atau musibah.
Diterangkan pula kepada
ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran
syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi
lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan
ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah
yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mrk rezeki
dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada
manusia.
Aazar menjadi merah mukanya
dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang
ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah
berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk
meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa.
Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata
yang kasar dan dalam maki hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara
mereka.
IA berkata kepada Nabi
Ibrahim dengan nada gusar: ” Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan
dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang
menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan
cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama
ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan
persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur
denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku
sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau.”
Nabi Ibrahim menerima
kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang,
normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat: ” Oh ayahku! Semoga engkau
selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan
kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi
orang yang celaka dan malang dengan doaku utkmu.” Lalu keluarlah Nabi Ibrahim
meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil
mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
Nabi Ibrahim Menghancurkan
Berhala-berhala
Kegagalan Nabi Ibrahim
dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya
karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam
jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar
bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan
sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah
maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap
dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi
ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi
penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil
dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada
Allah dan Rasul-Nya
Nabi Ibrahim tidak
henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah
tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa
bila mrk sudah tidak berdaya menilak dan menyanggah alasan-alasan dan
dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan
kebathilan kepercayaan mrk maka dalil dan alasan yang usanglah yang mrk
kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek
moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak akan melepaskan kepercayaan dan
agama yang telah mrk warisi.
Nabi Ibrahim pd akhirnya
merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang
berkepala batu dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata
yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan
bahwa mrk tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mrk,
walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk
keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian
merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang
dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri bahwa berhala-berhala dan
patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk dan bahkan tidak dapat
menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi
tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mrk keluar
kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mrk anggap sebagai keramat.
Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan
membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mrk bersuka ria dan
bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk kosong dan sunyi. Mrk
berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut
beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut
diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di
rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat
itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia turut serta.
” Inilah dia kesempatan
yang ku nantikan,” kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong
dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang
berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan
membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya
yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan
patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk
kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung
berkata Nabi Ibrahim, mengejek:” Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat
yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu.”Kemudian
disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong
dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh,
tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah
para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat
keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi
potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang
lain dengan nada hairan dan takjub: “Gerangan siapakah yang telah berani
melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan
mrk ini?” Berkata salah seorang diantara mrk:” Ada kemungkinan bahwa orang yang
selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah
yang melakukan perbuatan yang berani ini.” Seorang yang lain menambah
keterangan dengan berkata:” Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah
satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar
merayakan hari suci dan keramat itu.”
Selidik punya selidik,
akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang
merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai
membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak
dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan
kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta
bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat
penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.
Dan memang itulah yang
diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di
mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara
demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk
yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan
yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka
hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan
dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang
terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang
menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan
teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala
terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh
para hakim:” Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan
tuhan-tuhan kami?” Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:”
Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba
tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya.” Para hakim
penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan
berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian
berkata si hakim:” Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap
dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?”
Tibalah masanya yang memang
dinantikan oleh Nabi Ibrahim,maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir
itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mrk,yang mrk
pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan
nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:” Jika demikian
halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak
dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau
menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan
kebinasaan?
Alangkah bodohnya kamu
dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir
dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang
hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang
menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas
bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan
persembahan kamu itu.”
Setelah selesai Nabi
Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi
Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina
dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang
hadir menyaksikan pengadilan itu:” Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika
kamu benar-benar setia kepadanya.”
Nabi Ibrahim Dibakar
Hidup-hidup
Keputusan mahkamah telah
dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api
yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran
yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan.
Tanah lapang bagi
tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan
banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian
membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada
tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para
penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan
tanda bakti kepada tuhan mrk. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan
orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakar nya dengan harapan
memperolehi pahala dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka
atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu
bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta
tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan
pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah
gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan
terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu.
Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah
gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala
itu dengan iringan firman Allah:” Hai api, menjadilah engkau dingin dan
keselamatan bagi Ibrahim.”
Sejak keputusan hukuman
dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala
itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan
keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi
makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah.
Dan memang
demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang
dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya
tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang
tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun
tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah
kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian
risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Para penonton upacara
pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit
api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan
pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api
sedikit jua pun.
Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan
seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana
hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim
sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.
Ada sebahagian
daripada mereka yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mereka namun tidak
berani melahirkan rasa ragu-ragu nya itu kepada orang lain, sedang para pemuka
dan para pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mereka jatuhkan
ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama
berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa malu
kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan
oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran
dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk
terhadap persembahan dan patung-patung mereka dan membuka mata hati banyak drp mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya.
Bahkan tidak kurang
daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun kuatir akan
mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para
pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila
merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.