Wednesday, October 7, 2015

Ekstrim dalam Ibadah

Ekstrim dalam Ibadah

Ekstrim dalam Ibadah
Ekstrim dalam Ibadah

Ada dua titik dalam ibadah, yaitu sikap berlebih-lebihan dan sikap meremehkan (lalai). kedua kutub yang saling bertentangan ini harus dihindari karena keduanya dapat merusak keteguhan iman seseorang.


Sikap Berlebihan dalam Ibadah


Ekstrim dalam Ibadah
Sikap Berlebihan dalam Ibadah
Sikap ini adalah sikap yang membebani diri sehingga melebihi batas kemampuannya. Apa yang sebenarnya makruh ia haramkan dan apa yang sebenarnya sunnah ia jadikan wajib atau apa yang sebenarnya dilarang dianggap hal yang biasa. Dilarangnya sikap berlebihan dalam hidup antara lain karena sikap bisa mengakibatkan seorang mengalami kelelahan fisik ataupun mental. Misalnya ada sebagian orang yang melakukan shalat malam dan berpuasa disiang hari melebihi batas kemampuan serta memaksa dan membebanidiri mereka sehingga kelelahan tampak pada wajah dan badan mereka.

Sebagai mana Ibnu Abas menggambarkan kaum khawarij setelah beliau berkunjung ke perkampungan mereka: "Aku masuk ke perkampunga suatu kaum yang memiliki cara beribadah yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dahi-dahi mereka lecet karena banyak bersujud, telapak tangan mereka tebal seperti punggung unta sedang muka mereka pucat pasi karena banyak berjaga malam untuk ibadah." (Al-Muslimun no. 332 hal. 20)

Juga ada sikap berlebihan dalam ibadah yaitu mereka yang melampaui batas dalam berzikir dan berzuhud sehingga mereka hidup dalam kesesatan dan kegelapan (hidup menyendiri) untuk bisa sampai pada tingkat keyakinan.

orang yang hidupnya hanya untuk shalat saja, mungkin sudah jarang kita jumpai tapi ada sebagian lain yang beribadah secara berlebihan yang banyak kita jumpai di sekitar kita sampai saat ini. Mereka berlebihan dalam berzikir dan bershalawat pada Rasulullah saw., saat berzikir, dan membaca shalawat, mereka menangis meraung-raung dan menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan secara terus menerus. Juga terdapat orang yang melakukan puasa sunnat secara berlebihan. Mereka melakukan sekali semalam, berbukanya hanya memakan sesuap nasi atau secuil ubi, minumnya hanya seteguk air putih (mereka menyebut dengan istilah "puasa putih"). Bahkan sehari semalam mereka tidak tidur sama sekali. Dan yang lebih mengkhawatirkan, ada pula yang melakukan puasa tiga hari, tujuh hari bahkan sampai empat puluh hari. Sehingga kekurangan tenaga dan tidak bisa beraktifitas, yang pada akhirnya menelantarkan keluarga yang menjadi tanggung jawab.

Sikap Lalai dalam Ibadah


Ekstrim dalam Ibadah
Sikap Lalai dalam Ibadah
Seperti halnya sikap berlebihan, sikap lalai dalam menjalankan ad-din, jga bisa merusak keteguhan seseorang dalam ibadah. Karena sikap seperti ini secara perlahan-lahan dapat melepaskan prinsip yang dipegangnya.

Orang yang bersikap lalai dalam ibadah, biasanya menggunakan ayat yang artinya: "Tidaklah Allah membebani diri seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. "Dan sering kita mendengar ucapan yang berbunyi: "Mana mungkin kita berbuat seperti Nabi." Padahal sebenarnya ia hanya memperturutkan hawa nafsunya saja dan berusaha untuk menyembunyikan kemalasannya.

hal-hal yang makruh dan syubhat yang sebenarnya mampu ditinggalkan malah dikerjakan sebagai hal yang wajar. Misalnya ghosob yang dianggab hal yang biasa, sesuatu yang sunnah dianggab tidak penting misalnya wudhu, buang air kecil sambil duduk dan lain sebagainya. Maksiat yang dianggap sebagai dosa kecil yang mudah diampuni, sehingga pada akhirnya dianggap halal sesuatu yang sebenarnya telah diharamkan oleh Allah.

Rasulullah bersabdah: "Wahai 'Aisyah! Berhati-hatilah kamu terhadap dosa kecil, sesungguhnya di sisi Allah ada penuntutnya" (H.R. Nasi). Contoh lain orang yang menganggap remeh dalam menjalankan addin yaitu orang meringkas keimanan itu hanya pada ilmu kalbu saja. Artinya mereka menilai keimanan itu cukup dengan mengetahui kebenaran Allah, sifat-sifat dan asma-Nya saja, tanpa masyarakat pada kerja kalbu, seperti cinta pada Allah, takut padaNya dan tawakkal hanya kepadaNya.
Juga ada yang berkeyakinan bahwa apabila seseorang dalam beribadah sudah sampai pada tingkat keyakinan, maka ia terbebas dari beban syari'ah, tidak puasa, tidak shalat dan lain sebagainya, karena cukup dengan mengingat Allah saja. (al-Muslimun/332).

Itulah diantara sebagian orang yang terlampau meremehkan dalam melaksanakn agama. Orang semacam ini mungkin sudah jarang dijumpai. Namun ucapan jahat mereka bahwa tidak berdosa melakukan maksiat selama ada iman, atau walau berlumur darah dosa pasti masuk surga asal pernah membaca "laa ilaaha illallah," telah dijadikan pedoman bagi budak maksiat dan hamba hawa nafsu. Akhirnya mereka mengabaikan syariat Allah yang seharusnya ditegakkan di dalam diri dan masyarakat.

Untuk mengakiri tulisan ini, perlu ditekankan lagi bahwa agar seseorang tidak tersesat dalam melaksanakan ibadah, hendaknya bisa menjauhi dari titik ekstrim yang saling bertentangan ini, dengan cara istiqomah untuk berada diantara sikap lalai dan radikal, yaitu sikap berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Al-Hadits.