![]() | |
Cerita Teladan Agama by dq 001 |
Jasadnya Dimakamkan oleh Malaikat
Amir Bin Fuhairah adalah salah seorang budak milik
Tufail Bin Harits yang masuk Islam ketika Rasulullah saw menerima wahyu yang
pertama. Masuk Islamnya Amir menimbulkan kemarahan besar pada majikan dan
pemimpin Quraisy yang memuja berhala. Para pemimpin kafir Quraisy merasa cemas
melihat banyak budak-budak masuk Islam, seperti halnya Amir. Sebab hal itu akan
menyuburkan pertumbuhan Islam di kalangan mereka. Oleh karena itu, kaum kafir
Quraisy berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi dan merintangi setiap orang
yang hendak masuk Islam denga cara apaun yang mereka kehendaki.
Pada suatu hari Amir mendapat teguran dari pemimpin
Quraisy setelah dilaporkan oleh majikannya Tufail. Sang pemimpin itu dengan
tegas berkata, “Hai Amir, segera tinggalkan agama baru yang engkau anut
itu.” Amirpun menjawab dengan tegas pula, “Tidak! Aku sudah
mantap untuk tetap dalam Islam.” “Jika engkau mau kembali kepada agama nenek moyang
kita, engkau akan diberi hadiah dan uang yang banyak” Bujuk pemimpin Quraisy
itu.
“Aku tidak mau menukar keyakiananku dengan harta benda dunia. Bagiku keyakinan lebih berharga dari segalanya.” Tegas Amir. “Kalau begitu, engkau layak mendapat siksaan!” kata pemimpin itu mengancam. “Aku tidak takut ancaman itu!” kata Amir tegas. “Keparat…!” seret budak itu dan siksa sampai ia mau tunduk kepada kita!” perintah sang pemimpin.
“Aku tidak mau menukar keyakiananku dengan harta benda dunia. Bagiku keyakinan lebih berharga dari segalanya.” Tegas Amir. “Kalau begitu, engkau layak mendapat siksaan!” kata pemimpin itu mengancam. “Aku tidak takut ancaman itu!” kata Amir tegas. “Keparat…!” seret budak itu dan siksa sampai ia mau tunduk kepada kita!” perintah sang pemimpin.
Kaum kafir Quraisy berdatangan mendengar gertakan
pemimpinnya. Amir diseret beramai-ramai laksana benda mati saja. Mereka
menyeret kedua kakinya sementara badannya tergeletak di tanah. Karuan saja
punggungnya lecet-lecet dan darah bercucuran. Amir dibawa ke suatu tempat di
lapangan terbuka. Di sana ia disabet dengan cemeti secara bergantian. Akibatnya
tubuh Amir memar dan terluka. Namun Amir tetap dalam keteguhannya memegang
keyakinan Islamnya. Ia menganggap bahwa itu adalah sebagai cobaan.
Pada saat itu Abu Bakar lewat dan melihat kerumunan mereka. Ia menghentikan langkahnya dan menghampiri kerumunan itu. Ternyata mereka sedang menyiksa seorang budak dan ia tahu bahwa ia adalah budak milik Tufail.
Pada saat itu Abu Bakar lewat dan melihat kerumunan mereka. Ia menghentikan langkahnya dan menghampiri kerumunan itu. Ternyata mereka sedang menyiksa seorang budak dan ia tahu bahwa ia adalah budak milik Tufail.
“Sungguh biadab kelakuan mereka itu.” Kata Abu Abakar
dalam hati. Lalu menghampiri Tufail dan berkata,“Tufail, aku beli budakmu itu !”. “Silahkan, kebetulan sekali. Aku sudah muak melihat
budakku itu.”
“Berapa engkau engkau jual?” tanya Abu Abakar. “Karena engkau adalah suami dari anak saudaraku,
maka terserah engkau saja, berapa engkau bayar. ”Kata Tufail.
Abu Bakar membeli
budak dengan harga yang pantas dan membawanya pulang. Kelak ketika
Rasulullah mengadakan perjanjian persaudaaran antara kaum Muhajirin dengan
kaum Anshar, beliau memersaudarakan Amin Bin Fuhairah sebagai kaum Muhajirin
dengan Harits Bin Aus sebagai kaum Anshar.
Sejak dibeli oleh Abu Bakar, Amir selalu berada di belakang Rasulullah ketika shalat lima waktu. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Amir bekerja sebagai pedagang. Tetapi baginya berdagang bukanlah untuk mengumpulkan kekayaan duniawi, melainkan yang terpenting baginya adalah dapat memenuhi kebutuhan keseharian dengan cara yang halal dan tidak mengharap-harap pemberian orang lain.
Sejak dibeli oleh Abu Bakar, Amir selalu berada di belakang Rasulullah ketika shalat lima waktu. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Amir bekerja sebagai pedagang. Tetapi baginya berdagang bukanlah untuk mengumpulkan kekayaan duniawi, melainkan yang terpenting baginya adalah dapat memenuhi kebutuhan keseharian dengan cara yang halal dan tidak mengharap-harap pemberian orang lain.
Walaupun ia rajin berdagang, tapi ia tidak pernah
menyimpan uang untuk hari esok. Kekayan yang ia miliki hanyalah senjata untuk
berperang dan beberapa potong pakaian untuk shalat di masjid. Karena ia tidak
mempunyai apa-apa, maka ketika perang ia selalu menjadi pasukan infantri
(pasukan pejalan kaki) di depan Rasulullah saw. sang komando jihad.
Pernah ketika ia mengikuti perang, ia mengalami luka-luka, ia malah berkata,
“Ini adalah peringa-tan Allah di hari akhir nanti.”
Dalam suatu perjalanan pulang setelah mengantarkan
surat dakwah Rasulullah kepada salah seorang penguasa di wilayah Biri Maunah,
ia bersama rombongannya berkemah di untuk berisirahat. Ketika sedang
beristirahat itulah, mereka dikepung oleh kepala suku bersama pasukannya di
wilayah itu. Terdengar kepala suku itu berkata, “ Hai kawan-kawan, segeralah
minta bantuan untuk mengepung tenda itu!”
Lalu terdengar ada seseorang yang berkata dengan suara
yang keras, “Hai para utusan Nabi kini saatnya kalian mati di tanganku.”
“Wah…. Kita telah terkepung.” Kata Amir. “Kita harus
melawan dengan sekuat tenaga.“ Kata yang lain.
Karena jumlah rombongan Amir dan kawan-kawannya yang
sedang beristirahat di dalam kemah itu tidak seimbang dengan jumlah pasukan
yang mengepungnya, maka mereka kalang kabut. Meskipun mengadakan perlawanan,
namun karena jumlah mereka tidak seimbang, perlawanan mereka sia-sia.
Akibatnya rombongan para utusan Rasulullah itu banyak yang gugur sebagai
syahid. Hanya tiga orang yang berhasil meloloskan diri dan selamat, termasuk
Amir bin Fuhairah. Tetapi mereka mengejar ketiga orang tersebut. Amir
ditikam dengan tombak oleh Jabbar bin Salma. Ketika ujung tombak menembus
dadanya, Amir berkata, “Demi Allah, aku beruntung!” “Bagaimana engkau
beruntung, sedang engkau sebentar lagi akan mati?” kata Jabbar. Amir menjawab,
“Aku beruntung karena kematianku adalah sebagai syahid.”
Setelah Amir benar-benar mati terbunuh, tiba-tiba mereka menyaksikan sesuatu yang menakjubkan, yakni tubuh Amir melayang-layang di udara dan terbang ke langit. Mereka keheranan menyaksikan peristiwa itu. Peristiwa itu menyadarkan mereka. Sehingga gara-gara peristiwa itu mereka menyatakan diri masuk Islam. Setelah mereka menjadi muslim yang taat di antara mereka ada memper-tanyakan tentang kematian Amir bin Fuhairah yang jasadnya melayang-layang di udara dan terbang ke angkasa.
Maka Rasulullah saw menjawab, “Jasad Amir bin Fuhairah
dibawa oleh para malaikat dan dimakamkan di langit.”