Sunday, September 15, 2013

PEKERJAAN YANG MUSTAHIL ABU NAWAS


 PEKERJAAN YANG MUSTAHIL ABU NAWAS

PEKERJAAN YANG MUSTAHIL ABU NAWAS
Cerita Kisah Abu Nawas

Ada lagi ulah - Abu Nawas - yang selalu mempermainkan raja, Abu Nawas bisa melakukan pekerjaan yang mustahil dilakukan oleh manusia, pekerjaan tersebut yang menyuruh adalah raja sendiri ke pada ''Abu Nawas'', kisah ini berawal dari bacaan kitab, kalau mau jelas lagi baca aja kutipan di bawah ini:


Baginda baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu ''Bilqis'' di dekat istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik. Hatinya mulai ter-detik untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau - ingin istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar.

Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada ''Abu Nawas'' yang amat cerdik di negerinya. ''Abu Nawas'' segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah ''Abu Nawas '' dihadapkan, - Baginda bersabda, "Sanggupkah engkau memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku?" tanya Baginda. 

''Abu Nawas'' tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak hingga kening-nya berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum. Akhirnya ''Abu Nawas'' terpaksa me-nyanggupi proyek raksasa itu. - Ada satu lagi permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu sebulan. ''Abu Nawas'' pulang dengan hati ''masgul''.

Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan ''ke-gundahan''. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini.Tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana. Keesokan harinya ''Abu Nawas'' menuju istana. la menghadap - Baginda untuk membahas pemindahan istana.

Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan ''Abu Nawas''. "Ampun Tuanku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti." kata Abu Nawas. "Apa usul itu?..." "Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul ''Qurban'' yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi."

"Kalau hanya usulmu, baiklah." kata Baginda. "Satu lagi Baginda..... " Abu Nawas'' menambahkan. "Apa lagi?" tanya Baginda. -"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakir miskin." kata Abu Nawas. "Usulmu kuterima." kata Baginda menyetujui. ''Abu Nawas'' pulang dengan perasaan riang gembira.

Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti bila waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja. Jangankan hanya memindahkan ke - puncak gunung, ke dasar samudera pun ''Abu Nawas'' sanggup. Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap cemas. Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan ''Abu Nawas''.

Karena selama ini ''Abu Nawas'' belum pernah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan ''Abu Nawas'' kali ini. Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan salat Hari Raya Idul ''Qurban''. Dan seusai salat, sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin.

Kini giliran ''Abu Nawas'' yang harus melaksanakan tugas berat itu. ''Abu Nawas'' berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana ''Abu Nawas'' bertanya kepada Baginda Raja, -"Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?" "Tidak ada." jawab Baginda Raja singkat. Kemudian ''Abu Nawas'' berjalan beberapa langkah mendekati istana.

la berdiri sambil memandangi istana. ''Abu Nawas'' berdiri me-matung seolah-olah ada yang ditunggu. Benar. Baginda Raja akhirnya tidak sabar. "Abu Nawas'', mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?" tanya Baginda Raja. -"Hamba sudah siap sejak tadi Baginda." kata Abu Nawas. "Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau tunggu?" tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.

"Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka." -Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana. Beliau tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum.