ST. PAUL (4 M - 64 M)
ST. PAUL (4 M - 64 M) |
Siapakah St.paul itu ?
Kenapa ST. PAUL (4 M - 64 M) bisa masuk ke 100 tokoh yang berpengaruh di dunia?
Apa kelebihan ST. PAUL (4 M - 64 M) ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas alangkah baiknya terlebih dahulu melihat untaian-untaian kata dibawah ini, namun kalu bisa di baca, Paul, juga terkenal dengan
panggilan Saul, dilahirkan di Tarsus, sebuah kota di Cilicia (kini Turki),
beberapa tahun sebelum tiba era Kristen.
Biarpun seorang warga Romawi, dia
lahir sebagai Yahudi, pendalam bahasa Ibrani di masa muda dan memperoleh pendidikan
mendalam perihal ke-Yahudian, dia juga belajar dagang dan bikin kemah. Selaku
pria remaja dia berangkat ke Darussalam bekerja di bawah bimbingan pendeta
Gamaliel, seorang guru Yahudi kenamaan.
Walaupun Paul dan Isa
berbarengan ada di Darussalam saat itu, tapi amat diragukan keduanya pernah
bertemu muka. Rasul Paul, sejaman tapi lebih muda sedikit dari Nabi Isa, tak
syak lagi penyebar Agama Nasrani yang paling terkemuka. Pengaruhnya dalam teologi
Kristen jelas menunjukkan yang paling mantap, paling berjangkau jauh dibanding
semua penulis dan pemikir Kristen lainnya.
Sesudah
"mangkat"-nya Isa, orang-orang Kristen dianggap selaku pembangkang
dan karenanya digasak habis-habisan. Mula-mula Paul ikut menghantam, tapi dalam
perjalanan menuju Damsyik di matanya seakan terbayang Isa berbicara dengannya
dan segera Paul masuk Nasrani. Ini merupakan titik balik penting dalam
kehidupan pribadinya. Jika dulunya jadi ]awan dan tukang gebuk orang Kristen,
kini dia berubah menjadi penyebar dan penganjur paling gigih dan paling
berpengaruh untuk kepentingan Agama Nasrani.
Paul menghabiskan sisa
hidupnya dengan menulis dan memperdalam ke-Kristenan. dan meraih banyak pemeluk
berbondong-bondong memasuki Agama Nasrani. Selama kegiatan dakwahnya dia
melakukan perjalanan kian-kemari secara kerap, baik ke Asia Kecil, Yunani,
Suriah dan Palestina. Menghadapi orang-orang Yahudi Paul tidak keliwat sukses,
bahkan lebih sering menimbulkan pertentangan dan dalam banyak peritiwa jiwanya
sering terancam. Khotbah menghadapi orang non-Yahudi, Paul teramatlah
menonjolnya dan peroleh sukses besar sehingga sering dia diberi julukan
"Rasul orang-orang non-Yahudi." Tak seorang pun bisa mengungguli
kehebatan Paul dalam penyebaran Agama Nasrani.
Sesudah menyelesaikan tiga
kali perjalanan panjang menyebar agama di dalam wilayah bagian timur Kekaisaran
Romawi, Paul kembali ke Darussalam. Apa lacur, begitu sampai begitu diamankan,
dan diboyong ke Roma ke depan pengadilan. Sejarah tak begitu jelas mencatat
bagaimana ujung pengadilan itu, bahkan tak jelas pula apakah sejak itu dia
pernah dapat meninggalkan Roma. Akhirnya, diperkirakan tahun 64 M Paul dibunuh
dekat kota Roma.
Pengaruh Paul dalam
perkembangan Agama Nasrani dapat diukur dari tiga hal. Pertama, sukses besarnya
dalam penyebaran agama. Kedua, tulisan-tulisannya yang menyusun bagian-bagian
penting Perjanjian Baru. Ketiga, peranannya dalam hal pengembangan teologi
Kristen. Dari 27 buku Perjanjian Baru, tak kurang 14 dihubungkan dengan jasa
Paul. Meskipun ilmuwan modern berpendapat 4 atau 5 buku dari 14 itu ditulis
oleh orang lain, namun tak diragukan lagi bahwa Paullah orang terpenting secara
pribadi menulis Perjanjian Baru.
Pengaruh Paul di bidang
teologi Kristen betul-betul tak terperikan besarnya. Ide-idenya termasuk
hal-hal sebagai berikut: Isa tidak cuma nabi yang mengesankan tapi juga suci.
Isa wafat demi dosa-dosa kita dan penderitaannya dapat membebaskan kita.
Manusia tidak bisa melepaskan diri dari dosa-dosa hanya dengan mencoba
melaksanakan perintah-perintah yang tertera dalam Injil, tapi hanya bisa dengan
jalan menerima Isa sepenuh jiwa. Sebaliknya, apabila manusia menerima dan
percaya Isa, segala dosa-dosanya akan dimaafkan. Paul juga menjelaskan
doktrin-doktrinnya mengenai ihwal dosa (lihat Romans 5: 12:19).
ST. PAUL |
Karena kepatuhan kepada
hukum semata tidak cukup untuk menjamin kebebasan, Paul menegaskan bahwa tak
ada gunanya memeluk Agama Nasrani seraya tetap bersiteguh di soal
batasan-batasan Yahudi apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak, serta percuma
saja jika masih mengamalkan aturan-aturan Musa atau masih disunat. Seberapa
pemuka-pemuka Kristen saat itu menentang keras pendapat Paul dalam segi ini.
Dan andaikata sikap mereka ini menyebar luas, sangatlah disangsikan Agama Nasrani
bisa berkembang begitu cepat di seluruh Kekaisaran Romawi.
Paul tak pernah kawin,
walaupun tak ada cara membuktikannya, jelas Paul tak pernah adakan hubungan
kelamin dengan wanita. Pandangannya mengenai seks dan wanita sudah terikat
dengan kitab suci, karena itu membawa pengaruh besar pada sikap-sikapnya di
belakang hari. Dalilnya yang masyhur dalam kaitan ini tercantum dalam (I
Corinthians 7:8-9) yang bunyinya: "Kuserukan kepada para lelaki yang tak
kawin dan para janda adalah baik bagi mereka jika mereka mematuhi petuahku dan
menyontoh ihwal diriku. Tapi jika mereka tak bisa bertahan, biarkanlah mereka
kawin karena bagaimanapun kawin itu masih lebih baik daripada dibakar."
Paul juga punya pendirian
yang tegas mengenai status wanita yang layak: "Biarkanlah wanita-wanita
itu belajar apa saja secara diam-diam dan saya tidak merasa risau apabila
mereka juga mengajar ataupun oleh sebab satu dan lain hal menguasai kaum pria,
asal saja secara diam-diam. Soalnya karena Adamlah yang menyebabkan adanya
Hawa." (I Timothy 2: 11-13). Sikap yang lebih tegas dikemukakan pula dalam
I Corinthias 11:7-9. Memang, kalimat-kalimat Paul sudah pernah jadi pendapat
banyak tokoh sejamannya. Yang perlu dicatat adalah Isa sendiri tak pernah
tampil dengan pernyataan-pernyataan serupa itu.
Paul, lebih dari
orang-orang lainnya, bertanggung jawab terhadap peralihan Agama Nasrani dari
sekte Yahudi menjadi agama besar dunia. Ide sentralnya tentang kesucian Isa dan
pengakuan berdasar kepercayaan semata tetap merupakan dasar pemikiran Kristen
sepanjang abad-abad berikutnya.
Belakangan semua teolog
Kristen, termasuk Augustine, Aquinas, Luther dan Calvin, semuanya terpengaruh
oleh tulisan-tulisan Paul. Begitu mendalamnya pengaruh Paul sampai-sampai
banyak sarjana beranggapan Paul-lah yang jadi pendiri Agama Nasrani, dan
bukannya Isa. Tentunya anggapan ini keliwat berlebihan. Biar bagaimana,
taruhlah pengaruh Paul tidak bisa disejajarkan dengan Isa, yang sudah pasti dia
jauh lebih hebat dari pemikir Nasrani yang mana pun juga.