Kumpulan Cerita Bijak Remaja & Anak: Ashabul Ukhdud
Kumpulan Cerita Bijak Remaja & Anak - Ashabul Ukhdud |
Remaja
dan Anak merupakan generasi penerus bagi kedua orang tuanya, orang tua lah yang
berperan besar untuk anaknya samapi remajanya nantik dalam mencapai kebahagian
dunia dan terutama kebahagia akhirat, dalam mendidik anak dan remaja orang tua
harus bisa melihat atau menceritakan sebuah kisah yang bijak dari orang-orang
yang sudah berhasil dahulu, ibaratnya menceritakan kaca perbandingan untuk sang
belah hati, barang kali anak atau remaja tersebut terbimbing dan terarah
se`hingga ia tidak ragu-ragu dalam berbuat kebaikan dan meninggalkan hal-hal
yang tidak baik, kumpulan cerita bijak remaja dan anak ini berupa: cerita kisah
kehidupan Ashabul ukhdud. Kumpulan cerita bijak remaja dan anak ini (Ashabul
Ukhdud) menceritakan kisah keimana remaja yang teguh pendiriannya.
Remaja/anak pada Kisah Ashabul Ukhdud
Kisah
ini di bersumberkan dalam Al-Quran dan Al-Hasist sebagai mana disebutkan dalam
firman Allah,
وَالسَّمَاءِ
ذَاتِ الْبُرُوجِ
(1) وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ
(2) وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ
(3) قُتِلَ أَصْحَابُ
الْأُخْدُودِ (4) النَّارِ
ذَاتِ الْوَقُودِ
(5) إِذْ هُمْ
عَلَيْهَا قُعُودٌ
(6) وَهُمْ عَلَى
مَا يَفْعَلُونَ
بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ
(7) وَمَا نَقَمُوا
مِنْهُمْ إِلَّا
أَنْ يُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ الْعَزِيزِ
الْحَمِيدِ (8) الَّذِي
لَهُ مُلْكُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَاللَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ
شَهِيدٌ (9)
“Demi
langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang
menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang
membuat parit yang berapi -(dinyalakan dengan)- kayu bakar, ketika mereka duduk
di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap
orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu
melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha
Menyaksikan segala sesuatu.” -(QS. Al Buruj: 1-9)-.
Sedangkan
Cerita kisah yang selengkapnya tentang Ashabul Ukhdud digambarkan dalam hadits
yang begitu panjang, sebagai berikut:
عَنْ
صُهَيْبٍ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله
عليه وسلم-
قَالَ « كَانَ
مَلِكٌ فِيمَنْ
كَانَ قَبْلَكُمْ
وَكَانَ لَهُ
سَاحِرٌ فَلَمَّا
كَبِرَ قَالَ
لِلْمَلِكِ إِنِّى
قَدْ كَبِرْتُ
فَابْعَثْ إِلَىَّ
غُلاَمًا أُعَلِّمْهُ
السِّحْرَ. فَبَعَثَ
إِلَيْهِ غُلاَمًا
يُعَلِّمُهُ فَكَانَ
فِى طَرِيقِهِ
إِذَا سَلَكَ
رَاهِبٌ فَقَعَدَ
إِلَيْهِ وَسَمِعَ
كَلاَمَهُ فَأَعْجَبَهُ
فَكَانَ إِذَا
أَتَى السَّاحِرَ
مَرَّ بِالرَّاهِبِ
وَقَعَدَ إِلَيْهِ
فَإِذَا أَتَى
السَّاحِرَ ضَرَبَهُ
فَشَكَا ذَلِكَ
إِلَى الرَّاهِبِ
فَقَالَ إِذَا
خَشِيتَ السَّاحِرَ
فَقُلْ حَبَسَنِى
أَهْلِى. وَإِذَا
خَشِيتَ أَهْلَكَ
فَقُلْ حَبَسَنِى
السَّاحِرُ.
Dari
Shuhaib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, -“Dahulu ada
seorang raja dari golongan umat sebelum kalian, dia mempunyai seorang tukang
sihir. Ketika tukang sihir tersebut berada dalam usia senja, dia mengatakan
kepada raja bahwa dia sudah tua dan dia meminta agar dikirimkan anak yang akan
jadi pewaris ilmu sihirnya. Maka ada seorang anak yang diutus padanya. Tukang
sihir tersebut lalu mengajarinya.
Di
tengah perjalanan ingin belajar, anak ini bertemu seorang rahib (pendeta) dan dia
pun duduk bersamanya dan menyimak nasehat si rahib. Dia pun begitu takjub pada
nasehat-nasehat yang disampaikan si rahib. Ketika dia sudah mendatangi tukang
sihir untuk belajar, dia pun menemui rahib tersebut dan duduk bersamanya.
Ketika terlambat dia mendatangi tukang sihir, dia dipukul, maka dia pun
mengadukannya sama rahib. Rahib pun berkata, “Jika engkau khawatir pada tukang
sihir tersebut, maka katakan saja bahwa keluarga saya menahan saya. Jika engkau
khawatir pada keluarga kamu, maka katakanlah bahwa tukang sihir telah
menahanku.-”
فَبَيْنَمَا
هُوَ كَذَلِكَ
إِذْ أَتَى
عَلَى دَابَّةٍ
عَظِيمَةٍ قَدْ
حَبَسَتِ النَّاسَ
فَقَالَ الْيَوْمَ
أَعْلَمُ آلسَّاحِرُ
أَفْضَلُ أَمِ
الرَّاهِبُ أَفْضَلُ
فَأَخَذَ حَجَرًا
فَقَالَ اللَّهُمَّ
إِنْ كَانَ
أَمْرُ الرَّاهِبِ
أَحَبَّ إِلَيْكَ
مِنْ أَمْرِ
السَّاحِرِ فَاقْتُلْ
هَذِهِ الدَّابَّةَ
حَتَّى يَمْضِىَ
النَّاسُ. فَرَمَاهَا
فَقَتَلَهَا وَمَضَى
النَّاسُ فَأَتَى
الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ
فَقَالَ لَهُ
الرَّاهِبُ أَىْ
بُنَىَّ أَنْتَ
الْيَوْمَ أَفْضَلُ
مِنِّى. قَدْ
بَلَغَ مِنْ
أَمْرِكَ مَا
أَرَى وَإِنَّكَ
سَتُبْتَلَى فَإِنِ
ابْتُلِيتَ فَلاَ
تَدُلَّ عَلَىَّ
Dan
pada suatu saat ketika di waktu dia dalam keadaan yang demikian itu, lalu sampailah
dia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang besar (beruang) yang
menghalangi orang banyak -(di jalan yang dilalui mereka)-. Anak itu lalu
berkata, “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih
baik ataukah rahib itu.-”
Dia pun mengambil sebuah batu kemudian berkata, -“Ya
Allah, apabila perkara rahib itu lebih dicintai di sisi-Mu dari pada tukang
sihir itu, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang banyak dapat
berlalu.-” Lalu dia melempar binatang tersebut dan terbunuh. Lalu orang-orang
bisa lewat.
Lalu dia mendatangi rahib
dan mengabarkan hal tersebut. Rahib tersebut pun mengatakan, “Wahai anakku,
saat ini engkau lebih mulia dari saya. Keadaan kamu sudah sampai pada tingkat
sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya kamu akan mendapat cobaan, maka jika
benar demikian, janganlah menyebut nama saya-.”
كَانَ
الْغُلاَمُ يُبْرِئُ
الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ
وَيُدَاوِى النَّاسَ
مِنْ سَائِرِ
الأَدْوَاءِ فَسَمِعَ
جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ
كَانَ قَدْ
عَمِىَ فَأَتَاهُ
بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ
فَقَالَ مَا
هَا هُنَا
لَكَ أَجْمَعُ
إِنْ أَنْتَ
شَفَيْتَنِى فَقَالَ
إِنِّى لاَ
أَشْفِى أَحَدًا
إِنَّمَا يَشْفِى
اللَّهُ فَإِنْ
أَنْتَ آمَنْتَ
بِاللَّهِ دَعَوْتُ
اللَّهَ فَشَفَاكَ.
فَآمَنَ بِاللَّهِ
فَشَفَاهُ اللَّهُ
Anak
itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit kulit. Dia pun
dapat menyembuhkan orang-orang dari berbagai macam penyakit. Berita ini pun
sampai di telinga sahabat dekat raja yang telah lama buta. Dia pun mendatangi
pemuda tersebut dengan membawa banyak hadiah.
Dia berkata pada pemuda tersebut,
“Ini semua bisa jadi milik kamu asalkan kamu menyembuhkan saya.-” Pemuda ini
pun berkata, “Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Yang mampu menyembuhkan
hanyalah Allah. Jika kamu mau beriman pada Allah, saya akan berdo’a pada-Nya
supaya kamu bisa disembuhkan.-” Dia pun beriman pada Allah, lantas Allah
menyembuhkannya.
فَأَتَى
الْمَلِكَ فَجَلَسَ
إِلَيْهِ كَمَا
كَانَ يَجْلِسُ
فَقَالَ لَهُ
الْمَلِكُ مَنْ
رَدَّ عَلَيْكَ
بَصَرَكَ قَالَ
رَبِّى. قَالَ
وَلَكَ رَبٌّ
غَيْرِى قَالَ
رَبِّى وَرَبُّكَ
اللَّهُ. فَأَخَذَهُ
فَلَمْ يَزَلْ
يُعَذِّبُهُ حَتَّى
دَلَّ عَلَى
الْغُلاَمِ فَجِىءَ
بِالْغُلاَمِ فَقَالَ
لَهُ الْمَلِكُ
أَىْ بُنَىَّ
قَدْ بَلَغَ
مِنْ سِحْرِكَ
مَا تُبْرِئُ
الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ
وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ
. فَقَالَ إِنِّى
لاَ أَشْفِى
أَحَدًا إِنَّمَا
يَشْفِى اللَّهُ.
فَأَخَذَهُ فَلَمْ
يَزَلْ يُعَذِّبُهُ
حَتَّى دَلَّ
عَلَى الرَّاهِبِ
فَجِىءَ بِالرَّاهِبِ
فَقِيلَ لَهُ
ارْجِعْ عَنْ
دِينِكَ. فَأَبَى
فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ
فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ
فِى مَفْرِقِ
رَأْسِهِ فَشَقَّهُ
حَتَّى وَقَعَ
شِقَّاهُ ثُمَّ
جِىءَ بِجَلِيسِ
الْمَلِكِ فَقِيلَ
لَهُ ارْجِعْ
عَنْ دِينِكَ.
فَأَبَى فَوَضَعَ
الْمِئْشَارَ فِى
مَفْرِقِ رَأْسِهِ
فَشَقَّهُ بِهِ
حَتَّى وَقَعَ
شِقَّاهُ
Sahabat
raja tadi kemudian mendatangi raja dan dia duduk seperti biasanya. Raja pun
bertanya padanya, “Siapa yang menyembuhkan penglihatan kamu?” Diaa pun
menjawab, “Rabbku (Tuhanku).” Raja pun kaget, “Apa engkau punya Rabb (Tuhan)
selain saya?...” Sahabatnya pun berkata, “Rabbku dan Rabbmu itu sama yaitu Allah.”
Raja tersebut pun menindaknya, dia terus menyiksanya sampai ditunjukkan anak
yang tadi.
(Ketika anak tersebut datang), raja lalu berkata padanya, “Wahai
anakku, telah sampai padaku berita mengenai sihir kamu yang bisa menyembuhkan
orang buta dan berpenyakit kulit, serta kamu dapat melakukan ini dan itu.”
Pemuda tersebut pun menjawab, “Sesungguhnya saya tidaklah dapat menyembuhkan
siapa pun. Yang menyembuhkan adalah Allah.”
Mendengar hal itu, raja lalu
menindaknya, dia terus menyiksanya, sampai ditunjukkan pada pendeta yang
menjadi gurunya. (Ketika pendeta tersebut didatangkan), raja pun memerintahkan
padanya, “Kembalilah pada ajaranmu!” Pendeta itu pun enggan. Lantas
didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya.
Lalu dibelahlah
kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut. Setelah itu, sahabat dekat
raja didatangkan pula, ia pun diperintahkan hal yang sama dengan pendeta,
“Kembalilah pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Lantas (terjadi hal yang sama),
didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah
kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut.
ثُمَّ
جِىءَ بِالْغُلاَمِ
فَقِيلَ لَهُ
ارْجِعْ عَنْ
دِينِكَ. فَأَبَى
فَدَفَعَهُ إِلَى
نَفَرٍ مِنْ
أَصْحَابِهِ فَقَالَ
اذْهَبُوا بِهِ
إِلَى جَبَلِ
كَذَا وَكَذَا
فَاصْعَدُوا بِهِ
الْجَبَلَ فَإِذَا
بَلَغْتُمْ ذُرْوَتَهُ
فَإِنْ رَجَعَ
عَنْ دِينِهِ
وَإِلاَّ فَاطْرَحُوهُ
فَذَهَبُوا بِهِ
فَصَعِدُوا بِهِ
الْجَبَلَ فَقَالَ
اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ
بِمَا شِئْتَ.
فَرَجَفَ بِهِمُ
الْجَبَلُ فَسَقَطُوا
وَجَاءَ يَمْشِى
إِلَى الْمَلِكِ
فَقَالَ لَهُ
الْمَلِكُ مَا
فَعَلَ أَصْحَابُكَ
قَالَ كَفَانِيهِمُ
اللَّهُ. فَدَفَعَهُ
إِلَى نَفَرٍ
مِنْ أَصْحَابِهِ
فَقَالَ اذْهَبُوا
بِهِ فَاحْمِلُوهُ
فِى قُرْقُورٍ
فَتَوَسَّطُوا بِهِ
الْبَحْرَ فَإِنْ
رَجَعَ عَنْ
دِينِهِ وَإِلاَّ
فَاقْذِفُوهُ. فَذَهَبُوا
بِهِ فَقَالَ
اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ
بِمَا شِئْتَ.
فَانْكَفَأَتْ بِهِمُ
السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا
وَجَاءَ يَمْشِى
إِلَى الْمَلِكِ
فَقَالَ لَهُ
الْمَلِكُ مَا
فَعَلَ أَصْحَابُكَ
قَالَ كَفَانِيهِمُ
اللَّهُ.
Kemudian
giliran pemuda tersebut yang didatangkan. Ia diperintahkan hal yang sama,
“Kembalikan pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Kemudian anak itu diserahkan kepada
pasukan raja. Raja berkata, “Pergilah kalian bersama pemuda ini ke gunung ini
dan itu. Lalu dakilah gunung tersebut bersamanya.
Jika kalian telah sampai di
puncaknya, lalu ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak,
lemparkanlah ia dari gunung tersebut.” Lantas pasukan raja tersebut pergi
bersama pemuda itu lalu mendaki gunung. Lalu pemuda ini berdo’a, “Ya Allah,
cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Gunung pun lantas
berguncang dan semua pasukan raja akhirnya jatuh.
Lantas pemuda itu kembali
berjalan menuju raja. Ketika sampai, raja berkata pada pemuda, “Apa yang
dilakukan teman-temanmu tadi?...” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta’ala telah
mencukupi dari tindakan mereka.” Lalu pemuda ini dibawa lagi bersama pasukan
raja. Raja memerintahkan pada pasukannya, “Pergilah kalian bersama pemuda ini
dalam sebuah sampan menuju tengah lautan.
Jika ia mau kembali pada ajarannya,
maka bebaskan dia. Jika tidak, tenggelamkanlah dia.” Mereka pun lantas pergi
bersama pemuda ini. Lalu pemuda ini pun berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari
tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Tiba-tiba sampan tersebut terbalik, lalu
pasukan raja tenggelam. Pemuda tersebut kembali berjalan mendatangi raja.
Ketika menemui raja, ia pun berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan
teman-temanmu tadi?...” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta’ala telah mencukupi
dari tindakan mereka.”
فَقَالَ
لِلْمَلِكِ إِنَّكَ
لَسْتَ بِقَاتِلِى
حَتَّى تَفْعَلَ
مَا آمُرُكَ
بِهِ. قَالَ
وَمَا هُوَ
قَالَ تَجْمَعُ
النَّاسَ فِى
صَعِيدٍ وَاحِدٍ
وَتَصْلُبُنِى عَلَى
جِذْعٍ ثُمَّ
خُذْ سَهْمًا
مِنْ كِنَانَتِى
ثُمَّ ضَعِ
السَّهْمَ فِى
كَبِدِ الْقَوْسِ
ثُمَّ قُلْ
بِاسْمِ
اللَّهِ
رَبِّ الْغُلاَمِ.
ثُمَّ
ارْمِنِى فَإِنَّكَ
إِذَا فَعَلْتَ
ذَلِكَ قَتَلْتَنِى.
فَجَمَعَ النَّاسَ
فِى صَعِيدٍ
وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ
عَلَى جِذْعٍ
ثُمَّ أَخَذَ
سَهْمًا مِنْ
كِنَانَتِهِ ثُمَّ
وَضَعَ السَّهْمَ
فِى كَبِدِ
الْقَوْسِ ثُمَّ
قَالَ بِاسْمِ
اللَّهِ رَبِّ
الْغُلاَمِ. ثُمَّ
رَمَاهُ فَوَقَعَ
السَّهْمُ فِى
صُدْغِهِ فَوَضَعَ
يَدَهُ فِى
صُدْغِهِ فِى
مَوْضِعِ السَّهْمِ
فَمَاتَ فَقَالَ
النَّاسُ آمَنَّا
بِرَبِّ الْغُلاَمِ
آمَنَّا بِرَبِّ
الْغُلاَمِ آمَنَّا
بِرَبِّ الْغُلاَمِ.
Ia
pun berkata pada raja, “Engkau tidak bisa membunuh aku sampai engkau memenuhi
syarat aku.” Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?” Pemuda tersebut berkata,
“Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di atas sebuah
pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu ucapkanlah,
“Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda
ini.”
Lalu panahlah aku karena jika melakukan seperti itu, engkau pasti akan
membunuh aku.” Lantas rakyat pun dikumpulkan di suatu bukit. Pemuda tersebut pun
disalib di pelepah, lalu raja tersebut mengambil anak panah dari tempat
panahnya kemudian diletakkan di busur. Setelah itu, ia mengucapkan, “Bismillah
robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.”
Lalu
di lepaslah dan panah tersebut mengenai pelipis nya. Lalu pemuda tersebut
memegang pelipis nya tempat anak panah tersebut menancap, lalu ia pun mati.
Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata, “Kami beriman pada Tuhan pemuda
tersebut. Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut.”
فَأُتِىَ
الْمَلِكُ فَقِيلَ
لَهُ أَرَأَيْتَ
مَا كُنْتَ
تَحْذَرُ قَدْ
وَاللَّهِ نَزَلَ
بِكَ حَذَرُكَ
قَدْ آمَنَ
النَّاسُ. فَأَمَرَ
بِالأُخْدُودِ فِى
أَفْوَاهِ السِّكَكِ
فَخُدَّتْ وَأَضْرَمَ
النِّيرَانَ وَقَالَ
مَنْ لَمْ
يَرْجِعْ عَنْ
دِينِهِ فَأَحْمُوهُ
فِيهَا. أَوْ
قِيلَ لَهُ
اقْتَحِمْ. فَفَعَلُوا
حَتَّى جَاءَتِ
امْرَأَةٌ وَمَعَهَا
صَبِىٌّ لَهَا
فَتَقَاعَسَتْ أَنْ
تَقَعَ فِيهَا
فَقَالَ لَهَا
الْغُلاَمُ يَا
أُمَّهِ اصْبِرِى
فَإِنَّكِ عَلَى
الْحَقِّ
Raja
datang, lantas ada yang berkata, “Apa yang selama ini engkau khawatirkan?...
Sepertinya yang engkau khawatirkan selama ini benar-benar telah terjadi.
Manusia saat ini telah beriman pada Tuhan pemuda tersebut.” Lalu raja tadi
memerintahkan untuk membuat parit di jalanan lalu dinyalakan api di dalamnya.
Raja tersebut pun berkata, “Siapa yang tidak mau kembali pada ajarannya, maka
lemparkanlah ia ke dalamnya.” Atau dikatakan, “Masuklah ke dalamnya.” Mereka
pun melakukannya, sampai ada seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini pun begitu
tidak berani maju ketika akan masuk di dalamnya. Anaknya pun lantas berkata,
“Wahai ibu, bersabarlah karena engkau di atas kebenaran.” (HR. Muslim no.
3005).
Dengan
Hidayah Allah Kumpulan Cerita Bijak Remaja & Anak tentang Ashabul Ukhdud
ini bisa menjadi kaca perbandingan atau pembelajaran yang besar serta berfaedah
bagi para remaja atau anak.