Kumpulan Humor Abu Nawas 13: Menipu
Tuhan
Kumpulan Humor Abu Nawas 13 - Menipu Tuhan |
Kumpulan Humor Abu Nawas 13 menceritakan
kisah cerita atau story sang si cerdik segudang ide-ide yang di milikinya siapa
lagi kalau bukan si sufy Abu Nawas, ada pun tema kisah cerita ini tentang Menipu Tuhan, di saat "Abu Nawas" sebenarnya
adalah seorang ulama yang alim. Tak begitu mengherankan jika "Abu Nawas" mempunyai murid yang tidak sedikit.
Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa "Abu Nawas" mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada "Abu Nawas" dengan pertanyaan yang sama. Orang pertama mulai bertanya, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?....”
“Orang yang
mengerjakan dosa-dosa kecil.” jawab "Abu Nawas".
“Mengapa?...” kata
orang pertama.
“Sebab lebih mudah
diampuni oleh Tuhan.” kata "Abu Nawas".
Orang pertama puas
karena ia memang yakin begitu.
Orang kedua bertanya
dengan pertanyaan yang sama. -“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan
dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?...”
“Orang yang tidak
mengerjakan keduanya.” jawab "Abu Nawas".
“Mengapa?...” kata
orang kedua.
“Dengan tidak
mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan.” kata "Abu
Nawas". Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban "Abu Nawas".
Orang ketiga juga
bertanya dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang iebih utama, orang yang
mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?...”
“Orang yang
mengerjakan dosa-dosa besar.” jawab "Abu Nawas".
“Mengapa?...” kata
orang ketiga.
“Sebab pengampunan
Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu.” jawab "Abu
Nawas". Orang ketiga menerima aiasan Abu Nawas.
Kemudian ketiga
orang itu pulang dengan perasaan puas. Karena belum mengerti seorang murid "Abu
Nawas" bertanya. “Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban
yang berbeda?...”
“Manusia dibagi tiga
tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati.”
“Apakah tingkatan
mata itu?...” tanya murid "Abu Nawas". “Anak kecil yang melihat bintang di langit.
la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata.” jawab "Abu
Nawas" mengandaikan.
“Apakah tingkatan
otak itu?...” tanya murid "Abu Nawas". “Orang pandai yang melihat bintang di langit.
la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan.” jawab "Abu Nawas".
“Lalu apakah
tingkatan hati itu?...” tanya murid "Abu Nawas".
“Orang pandai dan
mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap mengatakan bintang itu kecil
walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada
sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan Ke Maha-Besaran Allah.”
Kini murid "Abu Nawas" mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang
berbeda. la bertanya lagi.
“Wahai guru, mungkinkah
manusia bisa menipu Tuhan?...”
“Mungkin.” jawab "Abu
Nawas".
“Bagaimana caranya?”
tanya murid "Abu Nawas" ingin tahu.
“Dengan merayuNya
melalui pujian dan doa.” kata "Abu Nawas"
“Ajarkanlah doa itu
padaku wahai guru.” pinta murid "Abu Nawas"
“Doa itu adalah -:
llahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa’alan naril jahimi, fahabli taubatan
waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil ‘adhimi.
Sedangkan arti doa
itu adalah : Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi
aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah
tobat aku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang
mengampuni dosa-dosa besar.