Kumpulan Humor Abu Nawas 14: Raja
Dijadikan Budak
Kumpulan Humor Abu Nawas 14 - Raja Dijadikan Budak |
Kumpulan Humor Abu Nawas 14 menceritakan
kisah cerita atau story sang si cerdik segudang ide-ide yang di miliki nya siapa
lagi kalau bukan si sufy Abu Nawas, ada pun tema kisah cerita ini tentang Raja Dijadikan Budak, di saat kadang kala untuk
menunjukkan sesuatu kepada sang Raja, "Abu Nawas" tidak bisa hanya sekedar
melaporkan nya secara lisan. Raja harus mengetahuinya dengan mata kepala
sendiri, bahwa masih banyak di antara rakyatnya yang hidup sengsara. Ada saja
praktek jual beli budak.
Dengan tekad yang amat bulat "Abu Nawas" merencanakan menjuai Baginda Raja. Karena menurut "Abu Nawas" hanya Baginda Raja yang paling patut untuk dijual. Bukankah selama ini Baginda Raja selalu mempermainkan dirinya dan menyengsarakan pikirannya?... Maka sudah sepantasnya lah kalau sekarang giliran "Abu Nawas" mengerjai Baginda Raja.
Abu Nawas menghadap
dan berkata kepada Baginda Raja Harun Al Rasyid. “Ada sesuatu yang
amat menarik yang akan hamba sampaikan hanya kepada Paduka yang mulia.” “Apa itu wahai Abu
Nawas?...” tanya Baginda langsung tertarik.
“Sesuatu yang hamba
yakin belum pernah terlintas di dalam benak Paduka yang mulia.” kata "Abu Nawas" meyakinkan.
“Kalau begitu
cepatlah ajak aku ke sana untuk menyaksikan nya.” kata Baginda Raja tanpa rasa
curiga sedikit pun.
“Tetapi Baginda … ”
kata "Abu Nawas" sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.
“Tetapi apa?” tanya
Baginda tidak sabar.
“Bila Baginda tidak
menyamarsebagai rakyat biasa maka pasti nanti orang-orang akan banyak yang ikut
menyaksikan benda ajaib itu.” kata Abu Nawas.
Karena begitu besar
keingintauan Baginda Raja, maka beliau bersedia menyamar sebagai rakyat biasa
seperti yang diusulkan Abu Nawas.
Kemudian "Abu Nawas" dan Baginda Raja "Harun Al Rasyid" berangkat menuju ke sebuah hutan.
Setibanya di hutan
Abu Nawas mengajak Baginda Raja mendekati sebuah pohon yang rindang dan memohon
Baginda Raja menunggu di situ. Sementara itu Abu Nawas menemui seorang badui
yang pekerjaannya menjual budak. Abu Nawas mengajak pedagang budak itu untuk
mencatat calon budak yang akan dijual kepadanya dari jarak yang agak jauh. Abu
Nawas beralasan bahwa sebenarnya calon budak itu adalah teman dekatnya.
Dari
itu "Abu Nawas" tidak tega menjualnya di depan mata. Setelah pedagang budak itu
memperhatikan dari kejauhan ia merasa cocok. "Abu Nawas" pun membuatkan surat
kuasa yang menyatakan bahwa
pedagang budak sekarang mempunyai hak penuh atas diri orang yang sedang duduk
di bawah pohon rindang itu. Abu Nawas pergi begitu menerima beberapa keping
uang emas dari pedagang budak itu.
Baginda Raja masih
menunggu "Abu Nawas" di situ ketika pedagang budak menghampirinya. la belum tahu
mengapa "Abu Nawas" belum juga menampakkan batang hidungnya. Baginda juga merasa
heran mengapa ada orang lain di situ.
“Siapa engkau?...”
tanya Baginda Raja kepada pedagang budak.
“Aku adalah tuanmu
sekarang.” kata pedagang budak itu agak kasar.
Tentu saja pedagang
budak itu tidak mengenali Baginda Raja Harun Al Rasyid dalam pakaian yang amat
sederhana.
“Apa maksud
perkataanmu tadi?” tanya Baginda Raja dengan wajah merah padam.
“Abu Nawas telah
menjual engkau kepadaku dan inilah surat kuasa yang baru dibuatnya.” kata
pedagang budak dengan kasar.
“Abu Nawas menjual
diriku kepadamu?...” kata Baginda makin murka.
“Ya!” bentak
pedagang budak.
“Tahukah engkau
siapa aku ini sebenarnya?...” tanya Baginda geram.
“Tidak dan itu tidak
perlu.” kata pedagang budak seenaknya. Lalu ia menyeret budak barunya ke
belakang rumah. Sultan Harun Al Rasyid diberi parang dan diperintahkan untuk
membelah kayu.
Begitu banyak
tumpukan kayu di belakang rumah badui itu sehingga memandangnya saja Sultan
Harun Al Rasyid sudah merasa ngeri, apalagi harus mengerjakannya.
“Ayo kerjakan!” Sultan Harun Al
Rasyid mencoba memegang kayu dan mencoba membelahnya, namun si badui melihat
cara Sultan Harun Al Rasyid memegang parang merasa aneh. “Kau ini bagaimana,
bagian parang yang tumpul kau arahkan ke kayu, sungguh bodoh sekali !...”
Sultan "Harun Al
Rasyid" mencoba membalik parang hingga bagian yang tajam terarah ke kayu. la
mencoba membelah namun tetap saja pekerjaannya terasa aneh dan kaku bagi si
badui.
“Oh, begini kah
derita orang-orang miskin mencari sesuap nasi, harus bekerja keras lebih
dahulu. Wah lama-lama aku tak tahan juga.” gumam Sultan Harun Al Rasyid.
Si badui menatap
Sultan "Harun Al Rasyid" dengan pandangan heran dan lama-lama menjadi marah. la
merasa rugi barusan membeli budak yang bodoh.
“Hai badui! Cukup
semua ini aku tak tahan.”
“Kurang ajar kau
budakku harus patuh kepadaku!” kata badui itu sembari memukul baginda. Tentu
saja raja yang tak pernah disentuh orang iki menjerit keras saat dipukul kayu.
“Hai badui! Aku
adalah rajamu, Sultan "Harun Al Rasyid.” kata Baginda sambil menunjukkan tanda
kerajaannya.
Pedagang budak itu
kaget dan mulai mengenal Baginda Raja.
la pun langsung
menjatuhkan diri sembari menyembah Baginda Raja. Baginda Raja mengampuni
pedagang budak itu karena ia memang tidak tahu. Tetapi kepada "Abu Nawas" Baginda
Raja amat murka dan gemas. Ingin rasanya beliau meremas-remas tubuh "Abu Nawas" seperti telur.