"ARTI SEBUAH CINTA"
Apa itu Cinta?
Bagai mana arti cinta yang sebenarnya?
Apa boleh kita bercinta, kalu boleh cinta yang seperti apa yang di perbolehkan iti?
Cinta adalah karunia
Allah. Bahkan Allah menciptakan alam semesta ini karena cintaNya. Karenanya
alam dan dunia ini adalah lautan cinta. Cinta itu suka atau senang. Cinta itu
keinginan untuk memberi, demikian kata orang. Tapi bila mendengar kata cinta,
yang muncul di otak adalah pacar. Inilah kesalahan kebanyakan orang dalam
mengartikan cinta.
Cinta yang Mereka kenal adalah cinta syahwati. Apa memang
sedemikian rendah nilai cinta. Cinta memang mempunyai kekuatan yang luar biasa.
Dan kekuatan cinta mampu membikin pribadi yang nekat atau pribadi yang taat.
Nekat dalam arti berani melanggar aturan-aturan dari Allah. Sehingga
sampai-sampai bilang,"Khan cuma-pegang-pegangan tangan."
Na'udzubillah min dzalik.
Kalau bicara masalah cinta memang tak kan habis-habis.
Namun berapapun banyaknya nuansa cinta, sebenarnya hanya ada dua versi cinta,
yaitu cinta imani (cinta robbani), adalah cinta yang berlandaskan kepada
keimanan, dan cinta syahwati, cinta yang berlandaskan pada hawa nafsu yang
ditunggangi oleh syaithon laknatullah.
Cinta imani inilah sesungguhnya yang
merupakan cinta sejati. Tapi pengertian ini telah diputar balik, sehingga cinta
syahwati dianggap sebagai cinta suci yang harus diperjuangkan sampai tetes
darah penghabisan, dengan bunuh diri misalnya. Mahabbah (kecintaan) seorang
mumin adalah harus berlandaskan keimanan. Dan kecintaan tertinggi adalah
kecintaan kepada Allah (mahabbatullah). Kecintaan kepada Allah adalah mutlak
dan di atas segala-galanya. Sedangkan bagi orang kafir sudah jelas cintanya
adalah cinta syahwati.
"TANDA-TANDA CINTA"
Tanda-Tanda Cinta |
Cinta secara umum
mempunyai tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama.
Tanda Pertama adalah banyak mengingat (pada yang dicintai).
Sebagaimana syair lagu
di atas, hatinya selalu teringat dan terkenang kepada yang dicintai. Di
mana-mana pun pokoknya ingat deh. Apabila suatu saat secara tiba-tiba
disebutkan nama yang kita cintai, maka hati kita tersentak. Hati kita deg-deg
sir,"Ada apa ini." Demikian pula bila kita mendapatkan surat dari
yang kita cintai. Maka bagi seorang mukmin karena kecintaan kepada Allah adalah
yang tertinggi, bila disebut namaNya, gemetarlah hatinya dan jika dibacakan
ayat-ayatNya bertambahlah imannya. (QS Al Anfal ayat 2).
Tanda kedua adalah takjub dan kagum (kepada yang dicintai).
Kalau sudah cinta
katanya hidung pesek jadi mancung. Atau bahkan tahi kambing dirasa coklat, ucap
seorang penyanyi. Karena begitu kagumnya kepada yang dicintai. Bagi cinta yang
dilandasi syahwat, kekaguman nya bersifat sementara dan tidak membekas dalam hati,
karena manusia mempunyai rasa selalu tidak puas.
Maka tepatlah petunjuk
Rasulullah SAW, bila mencari istri, pilihlah karena agamanya sebagai prioritas
utama, bukan cantiknya, bukan kayanya, bukan kebangsawanannya. Kekaguman karena
iman akan memberikan hal yang berbeda, ia akan membekas dalam hati. Apalagi
kekaguman akan kebesaran dan kekuasaan Allah. "(yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Rabb
kami,tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka." (QS Ali Imran ayat 191).
Tanda ketiga dan keempat adalah ridlo (rela) dan pengorbanan.
Seorang mu'min karena
cintanya yang sangat kepada Allah, ia akan rela mengorbankan segalanya demi
mencapai keridloan Sang Pemberi cinta, Allah SWT. Kalau cinta syahwati,
keridloannya pun bersifat untuk memenuhi hawa nafsunya saja. Karena jabatan mau
saja menyembah-nyembah atasan. Karena ridlo dengan si dia sampai-sampai mengorbankan
kehormatannya. Atau SPP amblas, sehingga orang tua yang kalang kabut.
Kecintaan kepada
sesuatu dengan tanda-tandanya di atas akan melahirkan rasa takut dan harap
serta suatu ketaatan. Ini merupakan hal yang wajar dan logis. Karena
mencintainya, kita takut kehilangan, atau kawatir cinta kita diterima apa
nggak. Dan kita mengharapkan selalu dekat dengan yang kita cintai. Otomatis
supaya kekawatiran kita tidak terjadi dan harapan kita terpenuhi, kita taat kepada
yang kita cintai.
Jika dibilang,"Kalau cinta, traktir dong..."
kemudian ia mentraktir dengan uang SPP nya, maka ini adalah salah satu bentuk
ketaatan. Tentu saja Bentuk pengorbanannya adalah uang SPP. Demikian pula bila
diajak nonton film di bioskop, padahal yang ngajak itu orang lain, kemudian
mau, juga merupakan ketaatan. Ketaatan yang salah. Ketaatan yang sesat.
Kecintaan yang haq (yang berlandaskan iman) akan melahirkan ketakutan, pengharapan
dan ketaatan hanya kepadaNya. Meskipun memiliki tanda-tanda Yang sama, tetap
saja antara cinta imani dan cinta syahwati adalah bertolak belakang. Karena
yang satu haq dan yang lain bathil.
"PRIORITAS DAN
PERINGKAT-PERINGKAT CINTA"
Prioritas Cinta |
Dalam cinta pun ada
skala prioritas seperti halnya membelanjakan uang. Ada seseorang yang tidak
punya baju sama sekali, kemudian ia tidak membeli baju tapi malahan membeli
sepeda. Suatu hari ia bersepeda tanpa pakaian. Tentu saja orang-orang
berkata,"Orang itu sudah sinthing. Mbok ya beli baju dulu."
Demikianlah kita harus
punya prioritas cinta, supaya tidak dibilang sinthing. Untuk itu kita harus
mengenal apa yang disebut maratibul mahabbah.
"PERINGKAT-PERINGKAT
CINTA"
Peringkat-Peringkat Cinta |
Dengan memahami
peringkat-peringkat cinta ini mudah-mudahan kita tidak terjerumus dalam syirik
cinta.
Peringkat pertama adalah tatayyum. Yaitu cinta yang melahirkan sikap untuk
menghamba secara mutlak dan melakukan pengorbanan sampai tetes darah
penghabisan. Ini adalah kecintaan tertinggi dan hanya kita berikan kepada Allah
Rabbul 'alamin. Seorang
Mukmin amat sangat cintanya
kepada Allah. (QS Al Baqarah ayat 165).
Peringkat kedua adalah 'isyq. Yaitu cinta yang melahirkan ketundukkan
terhadap segala perintah dan larangannya, membangkitkan sikap hormat yang
tinggi, mengikuti dan membelanya. Kecintaan seperti ini adalah hak Rasulullah.
Namun 'isyq tidak mendorong seseorang menjadi hamba Muhammad. Inilah yang
membedakan dengan tatayyum.
Peringkat ketiga adalah syauq (kerinduan). Yaitu cinta yang membuahkan mawaddah wa rahmah
(kasih sayang), menjadi perekat yang kuat dalam membangun ummat. Ini adalah
cinta antara mumin dengan mumin lainnya, antara orang tua dengan anak, antara
suami dengan istri, dengan saudara yang mukmin.
Peringkat keempat adalah shababah. Ditujukan kepada sesama muslim yang akan melahirkan
ukhuwah (persaudaraan).
Peringkat kelima adalah 'ithf (simpati). Ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati
mendorong seorang mu'min untuk menolong manusia ke jalan yang benar (dakwah).
Bila hilang rasa simpati, seseorang menjadi cuek, tak peduli dengan kerusakan
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Peringkat keenam dan yang paling sederhana adalah 'alaqah. yaitu kecintaan kepada selain
yang di atas, harta benda misalnya. Islam membenarkan cinta ini dalam bentuk
intifa' (memanfaatkan, mendayagunakan). Cinta pada harta benda yang berlebihan
membahayakan manusia sendiri.
Para salafusshalih berdoa kepada Allah agar
jangan sampai dunia menempati hati mereka, cukup di tangan saja. Artinya jangan
sampai dunia yang menguasai mereka tapi mereka yang menguasai dunia. Jadi kecintaan
tertinggi seorang mukmin adalah untuk Allah, kemudian Rasulullah dan jihad di
jalan Allah. Baru setelah itu kepada orang tua, saudara yang mukmin, suami atau
istri, anak dan seterusnya.
"Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu kawatiri kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan
(dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik."(QS At Taubah ayat 24).
Memang manusia secara
naluriah mempunyai rasa cinta kepada lawan jenis, anak-anak, harta benda,
seperti Firman Allah dalam QS Ali Imran ayat 14. "Dijadikan indah dalam
pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang."
Namun hal itu bukanlah
legitimasi untuk menjadikan cinta syahwati sebagai yang dipuja sedemikian rupa.
Karena Allah telah menentukan batasan-batasan. Kecintaan tertinggi adalah untuk
Allah, maka kecintaan kita kepada sesuatu adalah karena kecintaan kita kepada
Allah. Maksudnya sesuai dengan atura-aturan dari Allah. Kita boleh mencintai
lawan jenis, tapi caranya adalah yang sesuai dengan aturan Allah, yaitu setelah
menikah, bukan pacaran. Model pacaran itu bukan dari Allah, tapi dari syaithon
laknatullah.
Jika kita lihat dalam
realitas, banyak orang masih menempatkan kecintaan tidak pada tempatnya. Ada
yang menempatkan cinta tertinggi untuk sesuatu selain Allah. Entah harta atau
yang lain-lain. Mereka lebih mencintai dunia daripada akherat. Inilah sikap
orang yang buta cinta. karena buta cinta dunia menjadi tuan, kekasih menjadi
pujaan. Menjadi ilah-ilah yang lain.
"KELAZIMAN CINTA"
Kezoliman Cinta |
Ibnu Taimiyah
berkata,"Mencintai apa yang dicintai kekasih adalah kesempurnaan dari
cinta pada kekasih." Apa yang
dikatakan Ibnu Taimiyah inilah yang disebut kelaziman cinta, lumrahnya sesorang
kepada yang dicintainya. Lumrahnya seseorang kepada yang dicintai adalah
mencintai siapa-siapa dan apa apa yang dicintai kekasih. Dan membenci
siapa-siapa dan apa-apa yang dibenci kekasih.
Jika Allah mencintai nabi dan
RasulNya, kita pun harus mencintai mereka. Allah mencintai orang- orang yang
beriman, amal sholeh, akhlaqul karimah, maka demikian pula seharusnya dengan
kita. Allah mencintai kebersihan. Bagaimana kita bisa disebut cinta kepada
Allah kalau kita tidak menyukai dan menjaga kebersihan. Allah membenci orang-orang kafir,
munafiq maka kita pun demikian. Allah membenci perbuatan tercela, seperti zina,
memperturutkan hawa nafsu, berjudi, mabuk, korupsi maka kita wajib menjauh
perbuatan-perbuatan semacam ini.
"ALJABAR CINTA"
Aljabar Cinta |
Aljabar atau
perhitungan cinta tidak sama dengan aljabar dalam pelajaran matematika kita.
Kalau dalam matematika yang kita pelajari 100 dibagi 2 sama dengan 50. Dalam
aljabar cinta tidak begitu. Bila kita mencintai Allah, Rasul dan jihad bukan
berarti untuk Allah 70%, untuk Rasulullah 20% dan seterusnya. Sama sekali
bukan.
Kecintaan seorang mukmin kepada Allah adalah mutlak. Kecintaan kepada
yang lain tidak mengurangi kecintaan kita kepada Allah. Karena pada dasarnya kecintaan
kepada yang lain bagi seorang mukmin adalah karena kecintaan-nya kepada Allah. Mulai
sekarang kita harus tahu mana cinta imani dan mana cinta syahwati. Maka jangan
sampai salah menempatkan cinta. Sehingga syair lagu di atas seharusnya
"waktu mau makan ingat Allah, waktu bercermin ingat Allah, waktu mau
belajar ingat Allah, waktu mau tidur ingat Allah..," dengan doa-doa yang
diajarkan Rasulullah SAW.
Wallahu a'lam.