Sunday, December 21, 2014

Bangunan Keislaman Yang Sangat Indah & Menarik Hati

Bangunan Keislaman Yang Sangat Indah & Menarik Hati
Bangunan yang sangat indah bagai mana sih...
Kemudian sudah indah menarik hati lagi....

Bangunan Keislaman Yang Sangat Indah & Menarik Hati
Bangunan Keislaman
Cobalah anda bayangkan suatu bangunan (rumah/gedung) yang sangat indah dan menarik hati anda. Indah disini dalam arti bangunan tersebut sudah lengkap, berdiri diatas lahan yang luas, pondasi yang kokoh, mempunyai pagar pelindung, halaman, tiang utama penyangga bangunan, lantai, dinding-dinding diantara tiang, lampu penerang, pintu, jendela dan atap bangunan.Bangunan berwarna putih bersih dengan model yang sangat menarik berdiri diatas lahan luas yang sudah memiliki sertifikat.

Demikian pulalah seorang mukmin jika dilihat, sangat indah dan menarik hati. Allah mengatakan dalam surat Ali Imran 110: Kuntum khairo ummatin ukhrijat linnaas = kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Seorang mukmin tersebut ibarat bangunan indah tersebut di atas. Bangunan keislaman seorang mukmin tersebut dapat diumpamakan seperti bangunan indah itu. Perumpamaan ini hanya untuk memudahkan kita melihat bangunan keislaman dalam diri kita sendiri, sudah sejauh mana komitmen keislaman kita. Allah sendiri banyak membuat perumpamaan di dalam al qur'an untuk memudahkan manusia  memahami sesuatu.       
  
Bangunan keislaman itu dimulai dari adanya lahan hidayah yang diberikan oleh Allah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Diatas lahan hidayah itulah dibangun suatu bangunan keislaman seseorang. Tanpa adanya hi-dayah/petunjuk ini mustahil dapat dibangun bangunan keislaman. Setelah itu diatas lahan hidayah ini pertama kali tentu dibangun suatu pondasi keimanan, jika pondasi ini kokoh maka kokoh pulalah bangunan keislaman seseorang, sebaliknya jika pondasi nya rapuh maka rapuh pula bangunan tersebut. 

Untuk tegaknya suatu bangunan maka diperlukan tiang-tiang shalat, tanpa adanya shalat ini tak akan ada yang namanya bangunan keislaman. Dalam Al Qur'an perintah shalat selalu digandengkan dengan perintah membayar zakat (aqimus sholata wa aatudzakaata), demikian pulalah antara tiang-tiang dengan dinding-dindingnya, sangat erat.


Sebagai atap dari bangunan keislaman itu adalah puasa. Makin besar bangunan tersebut tentu diperlukan tiang-tiang tambahan (shalat2 sunat), dinding yang makin banyak (infaq, shodaqoh) dan atap tambahan (puasa syawal, puasa senin-kamis, puasa bulan haji). Tiang, dinding dan atap inilah yang melindungi peng-huninya dari sengatan sinar matahari, guyuran air hujan atau tiupan angin/debu/daun yang beterbangan.

Sampai disini pada hakekatnya bangunan keislaman sudah terbentuk. Kualitas dari bangunan tersebut tergantung juga pada kualitas komponen2 pembentuknya. Hidayah atau luasnya lahan tergantung pada ikhtiar atau usaha seseorang, makin giat atau makin besar usaha seseorang insya Allah makin luas pula lahan atau hidayah yang diperoleh. Begitu pula fondasi, tiang, dinding dan atapnya, jika dibangun asal2an maka yang terbentuk bangunan kualitas rendah pula, seperti gubuk derita atau rumah bambu yang mudah terbakar dan terhempas badai. 

Jika anda shalat tapi tidak membayar zakat, ibaratnya seperti bangunan tanpa dinding, seperti yang sekarang banyak dijumpai gedung2 atau bangunan yang terhenti pembangunannya, hanya tiang2 nya saja, plong. Atau seseorang tidak berpuasa, ibarat bangunan tanpa atap. Jadi ketiga komponen dasar itu mutlak harus ada. Tidak shalat, zakat dan tidak berpuasa, tetapi dia tetap mengaku beragama islam maka yang dia punya hanya lahan hidayah saja (mengaku islam), tetapi diatasnya belum ada bangunan keislaman sama sekali.

Sampai disini sebenarnya kita sudah bisa mengira-ngira bentuk dan besarnya bangunan keislaman yang kita bangun. Lantai bangunan diumpamakan sebagai Al Qur'an dan Sunah Rasulullah dimana penghuninya setiap berjalan dan bergerak selalu mempunyai pijakan yaitu Al-Qur'an dan Sunah Nabi. Untuk menerangi kehidupan penghuninya, dzikrullah dan salawat nabi merupakan lampu penerang bangunan tersebut. Pintu dan jendela merupakan lubang tempat masuknya tamu-tamu tak diundang (godaan syaithan/jin/manusia).

Pintu rumah itu adalah kesabaran dan keikhlasan, jendela adalah ilmu yang darimana penghuninya dapat melihat dunia luar dan belajar mengetahui mana yang benar dan salah. Dengan kesabaran, keikhlasan dan ilmu penghuni dapat menangkal masuknya tamu-tamu tak diundang tersebut. Syaithan pun akan lari jika bangunan tersebut di terang-benderangi oleh lampu dzikrullah dan salawat nabi.

Warna dan model bangunan dapat membuat siapa saja yang melihatnya tertarik. Bangunan yang bersih, kokoh dan bagus, sekilas saja dan dari kejauhan sudah tampak menarik hati banyak orang, demikian juga ahlak orang mukmin sejati, membuat teduh dan menarik hati yang melihatnya. Ahlakul karimah ini merupa-kan daya pikat seorang mukmin. Seseorang yang rajin beribadah tapi sering menyakiti hati orang lain ibarat nya seperti bangunan yang warna dan modelnya tidak menarik hati.

Pagar yang mengelilingi lahan dan bangunan keislaman ibarat sebagai Jihad Fisabilillah, berjuang di jalan Allah. Pagar ini melindungi semua komponen yang ada didalam bangunan islam, menjamin kelangsungan dan tegaknya syiar islam. Terakhir dari bahasan ini adalah lahan tempat berdirinya bangunan keislaman ini perlu dibuatkan sertifikatnya dengan menunailkan ibadah haji.

Mudah2an perumpamaan ini dapat mempermudah melihat posisi keberagamaan kita, sudah sejauh mana komitmen keislaman kita dengan mengibaratkan atau membayangkan bentuk bangunannya. Jika bangunan kita masih rapuh atau belum lengkap atau tidak menarik hati maka marilah kita tingkatkan bangunan keis-laman kita menjadi lebih baik dan menarik hati, bukankah kita juga sangat senang melihat rumah kita bagus dan bersih? Itulah Pribadi seorang mukmin sejati, kokoh, bersih, cantik dan menarik hati.

Memang perumpamaan ini tidak seratus persen sama, tapi penulis kira sudah cukup untuk memberikan gambaran. Bedanyanya adalah sampai saat ini belum ada yang namanya bangunan tahan gempa kuat, misalnya 10 Skala Richter. Pada gempa sekuat ini seluruh bangunan insya Allah sudah ambruk hancur, tetapi beda dengan kepribadian muslim, jangankan 10 Skala Richter, sampai bumi ini pun runtuh dia akan tetap kokoh dan tegar berdiri, insya Allah.      

Firman Allah SWT dalam Surat At Taubah ayat 72: "Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) syurga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di syurga Adn. Dan keridlaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar".