Bangunan Keislaman Yang
Sangat Indah & Menarik Hati
Bangunan yang sangat indah bagai mana sih...
Kemudian sudah indah menarik hati lagi....
Bangunan Keislaman |
Cobalah anda bayangkan
suatu bangunan (rumah/gedung) yang sangat indah dan menarik hati anda. Indah
disini dalam arti bangunan tersebut sudah lengkap, berdiri diatas lahan yang
luas, pondasi yang kokoh, mempunyai pagar pelindung, halaman, tiang utama
penyangga bangunan, lantai, dinding-dinding diantara tiang, lampu penerang,
pintu, jendela dan atap bangunan.Bangunan berwarna putih bersih dengan model
yang sangat menarik berdiri diatas lahan luas yang sudah memiliki sertifikat.
Demikian pulalah seorang
mukmin jika dilihat, sangat indah dan menarik hati. Allah mengatakan dalam
surat Ali Imran 110: Kuntum khairo ummatin ukhrijat linnaas = kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Seorang mukmin tersebut ibarat
bangunan indah tersebut di atas. Bangunan keislaman seorang mukmin tersebut
dapat diumpamakan seperti bangunan indah itu. Perumpamaan ini hanya untuk
memudahkan kita melihat bangunan keislaman dalam diri kita sendiri, sudah
sejauh mana komitmen keislaman kita. Allah sendiri banyak membuat perumpamaan
di dalam al qur'an untuk memudahkan manusia
memahami sesuatu.
Bangunan keislaman itu
dimulai dari adanya lahan hidayah yang diberikan oleh Allah kepada siapa saja
yang Dia kehendaki. Diatas lahan hidayah itulah dibangun suatu bangunan
keislaman seseorang. Tanpa adanya hi-dayah/petunjuk ini mustahil dapat dibangun bangunan
keislaman. Setelah itu diatas lahan hidayah ini pertama kali tentu dibangun
suatu pondasi keimanan, jika pondasi ini kokoh maka kokoh pulalah bangunan
keislaman seseorang, sebaliknya jika pondasi nya rapuh maka rapuh pula bangunan
tersebut.
Untuk tegaknya suatu bangunan maka diperlukan tiang-tiang shalat, tanpa adanya shalat ini tak akan ada yang namanya bangunan keislaman. Dalam Al Qur'an perintah shalat selalu digandengkan dengan perintah membayar zakat (aqimus sholata wa aatudzakaata), demikian pulalah antara tiang-tiang dengan dinding-dindingnya, sangat erat.
Untuk tegaknya suatu bangunan maka diperlukan tiang-tiang shalat, tanpa adanya shalat ini tak akan ada yang namanya bangunan keislaman. Dalam Al Qur'an perintah shalat selalu digandengkan dengan perintah membayar zakat (aqimus sholata wa aatudzakaata), demikian pulalah antara tiang-tiang dengan dinding-dindingnya, sangat erat.
Sebagai atap dari bangunan keislaman itu adalah puasa. Makin besar bangunan tersebut tentu diperlukan tiang-tiang tambahan (shalat2 sunat), dinding yang makin banyak (infaq, shodaqoh) dan atap tambahan (puasa syawal, puasa senin-kamis, puasa bulan haji). Tiang, dinding dan atap inilah yang melindungi peng-huninya dari sengatan sinar matahari, guyuran air hujan atau tiupan angin/debu/daun yang beterbangan.
Sampai disini pada
hakekatnya bangunan keislaman sudah terbentuk. Kualitas dari bangunan tersebut
tergantung juga pada kualitas komponen2 pembentuknya. Hidayah atau luasnya lahan
tergantung pada ikhtiar atau usaha seseorang, makin giat atau makin besar usaha
seseorang insya Allah makin luas pula lahan atau hidayah yang diperoleh. Begitu
pula fondasi, tiang, dinding dan atapnya, jika dibangun asal2an maka yang
terbentuk bangunan kualitas rendah pula, seperti gubuk derita atau rumah bambu
yang mudah terbakar dan terhempas badai.
Jika anda shalat tapi tidak membayar zakat, ibaratnya seperti bangunan tanpa dinding, seperti yang sekarang banyak dijumpai gedung2 atau bangunan yang terhenti pembangunannya, hanya tiang2 nya saja, plong. Atau seseorang tidak berpuasa, ibarat bangunan tanpa atap. Jadi ketiga komponen dasar itu mutlak harus ada. Tidak shalat, zakat dan tidak berpuasa, tetapi dia tetap mengaku beragama islam maka yang dia punya hanya lahan hidayah saja (mengaku islam), tetapi diatasnya belum ada bangunan keislaman sama sekali.
Jika anda shalat tapi tidak membayar zakat, ibaratnya seperti bangunan tanpa dinding, seperti yang sekarang banyak dijumpai gedung2 atau bangunan yang terhenti pembangunannya, hanya tiang2 nya saja, plong. Atau seseorang tidak berpuasa, ibarat bangunan tanpa atap. Jadi ketiga komponen dasar itu mutlak harus ada. Tidak shalat, zakat dan tidak berpuasa, tetapi dia tetap mengaku beragama islam maka yang dia punya hanya lahan hidayah saja (mengaku islam), tetapi diatasnya belum ada bangunan keislaman sama sekali.
Sampai disini sebenarnya
kita sudah bisa mengira-ngira bentuk dan besarnya bangunan keislaman yang kita
bangun. Lantai bangunan diumpamakan sebagai Al Qur'an dan Sunah Rasulullah
dimana penghuninya setiap berjalan dan bergerak selalu mempunyai pijakan yaitu
Al-Qur'an dan Sunah Nabi. Untuk menerangi kehidupan penghuninya, dzikrullah dan
salawat nabi merupakan lampu penerang bangunan tersebut. Pintu dan jendela
merupakan lubang tempat masuknya tamu-tamu tak diundang (godaan
syaithan/jin/manusia).
Pintu rumah itu adalah
kesabaran dan keikhlasan, jendela adalah ilmu yang darimana penghuninya dapat
melihat dunia luar dan belajar mengetahui mana yang benar dan salah. Dengan
kesabaran, keikhlasan dan ilmu penghuni dapat menangkal masuknya tamu-tamu tak
diundang tersebut. Syaithan pun akan lari jika bangunan tersebut di
terang-benderangi oleh lampu dzikrullah dan salawat nabi.
Warna dan model bangunan
dapat membuat siapa saja yang melihatnya tertarik. Bangunan yang bersih, kokoh
dan bagus, sekilas saja dan dari kejauhan sudah tampak menarik hati banyak
orang, demikian juga ahlak orang mukmin sejati, membuat teduh dan menarik hati
yang melihatnya. Ahlakul karimah ini merupa-kan daya pikat seorang mukmin.
Seseorang yang rajin beribadah tapi sering menyakiti hati orang lain ibarat nya
seperti bangunan yang warna dan modelnya tidak menarik hati.
Pagar yang mengelilingi
lahan dan bangunan keislaman ibarat sebagai Jihad Fisabilillah, berjuang di
jalan Allah. Pagar ini melindungi semua komponen yang ada didalam bangunan
islam, menjamin kelangsungan dan tegaknya syiar islam. Terakhir dari bahasan
ini adalah lahan tempat berdirinya bangunan keislaman ini perlu dibuatkan sertifikatnya
dengan menunailkan ibadah haji.
Mudah2an perumpamaan ini
dapat mempermudah melihat posisi keberagamaan kita, sudah sejauh mana komitmen
keislaman kita dengan mengibaratkan atau membayangkan bentuk bangunannya. Jika
bangunan kita masih rapuh atau belum lengkap atau tidak menarik hati maka
marilah kita tingkatkan bangunan keis-laman kita menjadi lebih baik dan menarik
hati, bukankah kita juga sangat senang melihat rumah kita bagus dan bersih?
Itulah Pribadi seorang mukmin sejati, kokoh, bersih, cantik dan menarik hati.
Memang perumpamaan ini
tidak seratus persen sama, tapi penulis kira sudah cukup untuk memberikan
gambaran. Bedanyanya adalah sampai saat ini belum ada yang namanya bangunan
tahan gempa kuat, misalnya 10 Skala Richter. Pada gempa sekuat ini seluruh
bangunan insya Allah sudah ambruk hancur, tetapi beda dengan kepribadian
muslim, jangankan 10 Skala Richter, sampai bumi ini pun runtuh dia akan tetap
kokoh dan tegar berdiri, insya Allah.
Firman Allah SWT dalam
Surat At Taubah ayat 72: "Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin
lelaki dan perempuan, (akan mendapat) syurga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang
bagus di syurga Adn. Dan keridlaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar".