Kumpulan Humor Abu Nawas 11: Pintu
Akhirat
Kumpulan Humor
Abu Nawas 11 menceritakan kisah cerita
atau story sang si cerdik segudang ide-ide yang di milikinya siapa lagi kalau
bukan si sufy Abu Nawas, ada pun tema kisah cerita ini tentang Pintu Akhirat, di saat tidak seperti biasa,
hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin
menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih
leluasa bergerak.
Baginda mulai keluar
istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di
sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda
mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam
barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya
kepada ulama itu.
"Kami
menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami
tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan
yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang
tidak sesuai dengan yang dilihat mata?..." Ulama itu berpikir sejenak
kemudian ia berkata,
"Untuk
mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu
dengan orang yang sedang tidur?... Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit
ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan
memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la merasakan hal semacam itu
seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan
keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta
dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh
saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat
apa yang terjadi di alam barzah?..."
Baginda Raja
terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah
itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa
di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah
satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang
lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari
cahaya. Saking ihdahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan
isinya. Baginda makin terkesan. Beliau pulang kembali ke istana.
Baginda sudah tidak
sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil: Setelah menghadap
Bagiri"Aku
menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku
sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau
sanggup -Abu Nawas-?...."
"Sanggup Paduka
yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil
dilaksanakan itu. "Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang
akan hamba ajukan."
"Sebutkan
syarat itu." kata Baginda Raja.
"Hamba morion
Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya."
"Pintu
apa?..." tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu
Nawas.
"Apa itu?..."
tanya Baginda ingin tahu.
"Kiamat, wahai
Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah
liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat
adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki
hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat teriebih
dahulu."
Mendengar penjetasan
Abu Nawas Baginda Raja terdiam.
Di sela-sela
kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi,
"Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?..." Baginda Raja
tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon
diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.