Kumpulan Humor Abu Nawas
16: Taruhan yang Berbahaya
Kumpulan Humor Abu Nawas 16 - Taruhan yang Berbahaya |
Kumpulan Humor Abu Nawas 16 menceritakan kisah
cerita atau story sang si cerdik segudang ide-ide yang di milikinya siapa lagi
kalau bukan si sufy Abu Nawas, ada pun tema kisah cerita ini tentang Taruhan yang Berbahaya, di saat suatu hari Abu Nawas pergi ke warung teh, kawan-kawanya sudah berada di situ.
Mereka memang sengaja menunggu Abu Nawas. "nah, ini Abu Nawas datang." kata salah seorang dari mereka. "Hei... Abu Nawas, kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya." tantang kawan Abu Nawas.
"apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti
kecuali kepada Allah SWT." kata Abu Nawas. "selama ini belum pernah
ada seorang pun di negri ini yang berani memantati Baginda Raja Harun Al
Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?..." tanya kawan Abu Nawas.
"Tentu
saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah pelecehan yang
amat berat hukumannya pasti dipancung." Abu Nawas meberitahu. "itulah
yang ingin kami ketahui darimu. Berani kah engkau melakukannya?"
"sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah SWT saja. Sekarang apa
taruhan nya bila aku bersedia melakukannya?..." Abu Nawas bertanya.
"Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala
engkau pantati." kata mereka. Abu Nawas pulang ketika menyanggupi tawaran
yang berbahaya itu. Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat
Baginda Raja tertawa apalagi ketika dipantati. Kayaknya kali ini Abu Nawas
harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.
Minggu depan Baginda Raja
mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri, pegawai istana dan orang-orang
terdekat Baginda diundang termasuk Abu Nawas. Ketika hari yang dijanjikan tiba,
semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas. Kawan-kawannya yang menyaksikan dari
jauh merasa kecewa karena Abu Nawas tidak hadir. Namun ternyata mereka keliru.
Abu Nawas bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk di
tempat yang tidak ada karpet nya. Karena merasa heran baginda bertanya.
"mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?..." "Paduka Yang mulia,
hamba haturkan terima kasih atas perhatian Baginda. Hamba sudah merasa cukup
bahagia duduk di sini." kata Abu Nawas.
"Wahai Abu Nawas, majulah dan
duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor karena duduk diatas tanah."
Baginda menyarankan. "ampun Tuanku, sebenarnya hamba ini sudah duduk di
atas karpet." Baginda bingung mendengar pengakuan Abu Nawas. Karena
Baginda melihat sendiri dia duduk di atas tanah. "karpet yang mana yang
engkau maksudkan wahai Abu Nawas?..." tanya Baginda.
"Karpet hamba
sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet ke manapun
hamba pergi." kata Abu Nawas seolah-olah menyimpan misteri. "tetapi
sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa." kata Baginda Raja
bertambah bingung. "baiklah Baginda yang mulia, kalau memang inign tahu
maka dengan senang hati hamba akan menunjukan kepada Paduka yang mulia."
kata Abu Nawas sambil meringsut ke depan.
Setelah cukup dekat dengan Baginda,
Abu Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang
ditempelkan di bagian pantatnya. Abu Nawas kini seolah-olah memantati Baginda
Raja. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat Abu Nawas.
Baginda Raja
tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para
undangan. Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu kawan-kawan Abu Nawas
merasa kagum. Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk Abu
Nawas.